Kamis 10 Jan 2019 15:59 WIB

Pakistan akan Diguyur Investasi Saudi dan Uni Emirat Arab

Pakistan sudah meminjam jutaan dolar AS ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Rep: lintar satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Kilang Minyak
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Kilang Minyak

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Kantor Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengatakan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab akan segera menguncurkan investasi ke Pakistan dalam beberapa pekan ke depan. Pakistan yang membangun kerja sama dengan kedua negara Timur Tengah itu sudah meminjam jutaan dolar AS ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Dalam pernyataannya pada Kamis (10/1) Imran Khan mengatakan nota kesepahaman (memorandum of understanding atau MoU) dengan Arab Saudi akan dilakukan pada bulan Januari ini. Sementara kerangka kerja investasi dengan Uni Emirat Arab akan ditanda tangani pada bulan Febuari.

"MoU dengan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab ini akan sama seperti yang dilakukan dengan Cina pada bulan lalu," kata Khan dalam pernyataan tersebut, Kamis (10/1).

Pernyataan Khan tersebut tidak menjabarkan secara rinci tentang MoU itu. Tapi surat kabar Pakistan Dawn mengutip Kepala Badan Investasi Pakistan Haroon Sharif yang mengatakan investasi itu dilakukan di sektor kilang minyak, petrokimia, energi terbarukan dan pertambangan.

"Kami mengharapkan investasi Arab Saudi sebesar 10 miliar dolar AS lebih dan MoU ini akan tidak akan ditanda tangani dengan perjanjian yang biasa atau terlalu luas, tapi perjanjian yang konkrit," kata Sharif.

Sharif menambahkan perusahaan minyak Arab Suadi Aramco akan berinvestasi dipenyulingan minyak dan akan membuat kilang minyak sendiri di Pakistan. Sharif mengatakan sementara itu Uni Emirat Arab tertarik di sektor agrikultur dan perumahan.

Empat perusahaan Malaysia juga tertarik berinvestasi di bidang daging halal, batu hias, teknologi informasi dan edukasi teknologi tinggi. Investasi ini akan menjadi tambahan atas pinjaman 6 miliar dolar AS yang diberikan Arab Saudi.

Uni Emirat Arab juga menawarkan paket yang serupa berupa pinjaman dan fasilitas kredit. Perjanjian ini dilakukan karena Pakistan tengah berusaha memperkuat keuangan mereka.

Pakistan juga sedang berupaya untuk mengurangi defisit negara berjalan. Pada bulan November lalu International Monetary Fund (IMF) memperkirakan di tahun 2018 neraca berjalan Pakistan defisit 5.9 persen dari produk domestik bruto mereka.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement