REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Milisi Taliban kembali melancarkan serangkaian serangan ke pos-pos aparat kepolisian di Afghanistan Rabu (9/1). Sebanyak 21 polisi tewas akibat serangan tersebut.
Beberapa pos polisi yang diserang Taliban berada di wilayah Badghis Barat. Sebanyak enam polisi dilaporkan tewas dalam kejadian itu.
Pada hari yang sama, Taliban juga menyerang pos kepolisian di provinsi utara Baghlan. Menurut anggota dewan Shamsul Haq, tujuh polisi tewas akibat luka tembak.
Tak hanya itu, pos kepolisian di Provinsi Takhar utara turut menjadi target serangan Taliban dan menyebabkan delapan polisi tewas. Taliban pun menyerang pos pemeriksaan keamanan di Provinsi Kunduz. Selain polisi, tentara juga menjadi korban dalam serangan itu.
Serangkaian serangan itu terjadi setelah Taliban menolak melakukan perundingan damai dengan Pemerintah Afghanistan. Mereka hanya ingin berbicara dengan perwakilan Amerika Serikat (AS) yang selama ini menjadi sekutu Afghanistan dalam memerangi kelompoknya.
Pekan ini Taliban telah menjadwalkan pertemuan dengan pejabat AS di Doha, Qatar, untuk membahas penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Namun pertemuan itu dilaporkan telah dibatalkan karena adanya perbedaan agenda.
Namun Duta Besar AS untuk Afghanistan John Bass menyangkal tentang adanya rencana pertemuan dengan Taliban. "Laporan pembicaraan AS-Taliban (pada) Rabu tidak akurat. Taliban harus berbicara dengan sesama warga Afghanistan sebanyak mereka berbicara dengan media," kata Bass melalui akun Twitter pribadinya, dikutip laman Aljazirah.
Taliban menolak berunding dengan pejabat-pejabat Afghanistan karena mereka menganggap pemerintahan saat ini adalah boneka. Mereka berpendapat musuh utamanya dalam konflik di negara itu adalah AS.
Keengganan Taliban melakukan pembicaraan dengan perwakilan Pemerintah Afghanistan disesalkan oleh sejumlah pejabat di negara tersebut. Sebab jika Taliban menolak berunding dengan pemerintah, perdamaian di Afghanistan akan kian sulit diwujudkan.