REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Dinas keamanan Israel, Shin Bet, telah memperingatkan tentang investasi besar-besaran Cina di negara tersebut. Menurut Shin Bet, hal itu dapat menimbulkan bahaya bagi keamanan nasional.
"Pengaruh Cina di Israel sangat berbahaya dalam hal infrastruktur strategis dan investasi di perusahaan-perusahaan besar," ujar Kepala Shin Bet Nadav Argaman dikutip laman the Times of Israel, Kamis (10/1).
Argaman mengatakan perusahaan-perushaan Cina akan mengambil alih bagian operasi dari pelabuhan Haifa dan membangun sistem kereta api ringan Tel Aviv. Ia menilai, Cina akan secara aktif berusaha mengakusisi perusahaan-perusahaan besar lainnya.
Melihat potensi tersebut, Argaman berpendapat parlemen Israel (Knesset) perlu meloloskan undang-undang untuk memantau investasi asing. "Ada celah dalam hukum Israel sehubungan dengan kebutuhan keamanannya dalam hal mengawasi investasi asing. Ini bisa berbahaya, undang-undang diperlukan," katanya.
Cina dan Israel diketahui telah meningkatkan hubungan perdagangan dalam beberapa tahun terakhir. Kedua negara juga telah melakukan pembicaraan tentang perdagangan bebas.
Saat ini perusahaan-perusahaan Cina telah melakukan terobosan besar di Israel. Pada 2014, Beijing mengambil alih raksasa makanan lokal Israel, Tnuva. Selain itu, Cina pun telah mencapai kesepakatan untuk mengelola pelabuhan Haifa dan Ashdod.
Dalam beberapa pekan terakhir, beberapa analis dan pejabat Israel menyatakan keprihatinan besar atas kesepakatan yang akan menempatkan Shanghai International Port Group sebagai pengelola terminal kontainer pelabuhan Haifa pada 2021.
Kehadiran Cina di pelabuhan Haifa, yang lokasinya dekat dengan pangkalan laut Israel, dikhawatirkan membahayakan aset intelijen Israel. Di sisi lain, diambilnya kendali pelabuhan Haifa berpotensi menyebabkan kapal militer Amerika Serikat (AS) berlabuh di sana.