Jumat 11 Jan 2019 09:19 WIB

Amnesty Minta Penyelidikan Internasional Kasus Khashoggi

Kasus Khashoggi belum terungkap sejak dibunuh pada 2 Oktober.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Jamal Khashoggi
Foto: Metafora Production via AP
Jamal Khashoggi

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Amnesty International kembali menyerukan penyelidikan internasional atas kasus pembunuhan jurnalis Saudi dan kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi. Aktivis organisasi pengawas hak asasi manusia (HAM) itu melakukan aksi di luar konsulat Saudi di Istanbul pada Selasa (8/2), tepat di hari ke-100 sejak Khashoggi terbunuh di sana.

"Penting bagi otoritas Turki untuk menjaga seruan mereka untuk penyelidikan PBB yang independen, tetapi benar-benar seluruh masyarakat internasional perlu berkomitmen untuk ini sehingga keadilan dapat tercapai," kata Andrew Gardner dari Amnesty International, kepada Aljazirah.

Para aktivis membawa poster bertuliskan nama Khashoggi. Khasoggi merupakan seorang jurnalis dan kritikus program reformasi Pemerintah Saudi di bawah pengawasan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, juga dikenal dengan inisialnya, MBS.

"Pembunuhan Khashoggi, yang terjadi di depan mata seluruh dunia, harus menjadi subjek penyelidikan internasional," ujar Goksu Ozahishali, manajer kampanye Amnesty International di Turki.

"Dengan adanya aksi simbolis ini, kami menegaskan kembali tuntutan keadilan kami untuk Khashoggi," ujarnya menambahkan.

Beberapa pertanyaan mengenai kasus itu masih belum terjawab termasuk keberadaan Khashoggi, setelah lebih dari tiga bulan lalu dia dibunuh pada 2 Oktober. Khashoggi memasuki gedung konsulat untuk mendapatkan surat cerai, agar bisa menikahi tunangannya, Hatice Cengiz, seorang warga negara Turki.

Pihak berwenang Saudi awalnya membantah terlibat dalam pembunuhan Khashoggi. Saudi bersikeras bahwa Khashoggi telah meninggalkan gedung konsulat setelah menyelesaikan urusan dokumennya, tetapi kemudian Saudi mengakui tim elitnya telah membunuh jurnalis itu.

"Setelah terus berbohong tentang apa yang terjadi pada jurnalis itu, pihak berwenang Saudi akhirnya berbicara tentang nasib Khashoggi," kata koresponden Aljazirah, Jamal Elshayyal.

"Namun, sejauh ini tidak ada yang dihukum karena kejahatan itu. Penyelidik Turki mengidentifikasi 19 tersangka yang memasuki negara itu sebagai bagian dari tim pembunuh," tambah dia.

Pejabat intelijen Turki dan Barat telah mengisyaratkan atau secara langsung menyalahkan MBS atas pembunuhan tersebut. Namun, Raja Saudi Salman bin Abdulaziz Al-Saud membiarkan MBS tetap berada di jabatannya dalam perombakan struktur pemerintahan baru-baru ini.

Pengadilan terhadap mereka yang dituduh membunuh Khashoggi telah dibuka pekan lalu di Arab Saudi. Jaksa telah menuntut hukuman mati terhadap lima terdakwa yang identitasnya belum terungkap.

"Kami tidak percaya bahwa otoritas Saudi, yang memprakarsai penyelidikan pembunuhan itu, akan melakukan proses yang adil dan dapat diandalkan," ungkap Ozahishali.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement