Jumat 11 Jan 2019 11:00 WIB

Kanker Nasofaring di Indonesia dan Upaya Pemulihannya

Penderita kanker nasofaring kisaran empat hingga sembilan per 100 ribu penduduk.

Rep: Umi Nur Fadhilah/Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Muhammad Hafil
Kanker nasofaring
Foto: NP Screen
Kanker nasofaring

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Majelis Az-Zikra Ustaz Arifin Ilham tengah dirawat akibat kanker nasofaring stadium IVA. Ustaz Arifin adalah penyintas kanker. Namun, kondisi kesehatannya memburuk sejak Desember 2018.

Ustaz Arifin pun harus dilarikan ke  Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat. Selanjutnya, sejak Kamis (10/1), Ustaz Arifin menjalani perawatan lebih lanjut ke Malaysia. 

Sebenarnya, apa itu kanker nasofaring? Dilansir laman Cancer.gov milik National Cancer Institute di Amerika Serikat, kanker nasofaring stadium IV dibagi menjadi stadium IVA, IVB, dan IVC. Pada stadium IVA, kanker telah menyebar di luar nasofaring, dan mungkin telah menyebar ke saraf kranial, hipofaring (bagian bawah tenggorokan), area di dalam dan sekitar sisi tengkorak atau tulang rahang, dan/atau tulang di sekitar mata.

Kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di satu atau kedua sisi leher, dan/atau ke kelenjar getah bening di belakang faring. Kanker nasofaring adalah penyakit di mana sel-sel ganas terbentuk di jaringan nasofaring.

Nasofaring adalah bagian atas dari faring (hidung) di bagian hidung. Faktor-faktor risikonya, seperti, memiliki keluarga yang pernah mengalami jenis kanker itu, terpapar Virus Epstein Barr (EBV), sering mengonsumsi makanan yang diasinkan. 

Tanda-tanda yang muncul karena kanker nasofaring, seperti, benjolan di hidung atau leher, sakit tenggorokan, kesulitan bernafas atau berbicara, mimisan, masalah pendengaran, nyeri atau dering di telinga, dan sakit kepala. Segera periksa ke dokter jika Anda mengalami hal serupa.

Terdapat sejumlah tahapan tes yang dilakukan seorang pasien untuk mendeteksi dan mendiagnosis kanker nasofaring, yakni, pemeriksaan fisik dan sejarah, pemeriksaan neurologis, MRI (pencitraan resonansi magnetik), CT scan, PET scan (pemindaian tomografi emisi positron), penelitian kimia darah, CBC (hitung darah lengkap), dan tes EBV.

Di Indonesia, kanker nasofaring masuk peringkat lima besar di Indonesia sebagai penyakit yang paling banyak di derita. Sementara pada laki-laki, kanker nasofaring menduduki tiga terbesar di Indonesia.

“Nasofaring di kita cukup tinggi, karena tiga terbesar di laki-laki, setelah paru-paru dan usus besar,” kata Anggota Tim Kerja Kanker Nasofaring di RS Dharmais Asrul Harsal kepada Republika.co.id, Kamis (10/1).

Dia menjabarkan kanker nasofaring menduduki posisi lima besar di Indonesia secara general, setelah payudara, serviks, paru-paru, usus besar, dan nasofaring. Terkadang, posisi nasofaring menduduki peringkat empat besar berpacu dengan usus besar.

Penderita kanker nasofaring kisaran empat hingga sembilan per 100 ribu penduduk di Indonesia. Namun, jumlah itu lebih kecil daripada penduduk Cina. Etnis Cina terbanyak di dunia yang mengidap nasofaring atau kisaran 25 hingga 50 per 100 ribu penduduk.

Asrul mengatakan ada empat hal yang menentukan seseorang bisa terserang kanker nasofaring, yakni etnik, geografis, EBV (Virus Epstein Barr), karsinogen. Selain Cina sebagai negara yang paling banyak mengidap kanker nasofaring, ada juga di Afrika Utara, Arab Saudi, dan negara di Asia lainnya. Penyakit tersebut jarang ditemukan di benua Eropa dan Amerika.

Untuk kanker nasofaring, penjalaran paling sering ke kelenjar getah bening. Kanker nasofaring berbeda dengan sakit kelenjar getah bening. “Keterlibatan kelenjar getah bening itu karena nasofarinya,” ujar Asrul.

Penjalaran kanker nasofaring tergantung stadium yang dideritanya. Pemeriksaan kanker dimulai dengan biopsi untuk menentukan apakah pasien tersebut positif mengidap kanker atau tidak. Kemudian menentukan stadium penyakit untuk berbicara masalah pengobatan.

Baca juga: Islamnya Jagoan Kota Makkah

Baca juga: Tarif Pesawat tak Lagi Murah

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement