REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengakui tender beberapa obat antiretroviral (ARV) pada 2018 mengalami kegagalan. Kendati demikian, Kemenkes mengklaim stok masih aman dalam beberapa bulan ke depan.
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Engko Sosialine Magdalene mengklaim bahwa stok ARV cukup aman hingga 10 bulan mendatang. "Kami sudah antisipasi. Setelah kami hitung dengan ketersediaan per Desember 2018 sampai 10 bulan ke depan masih tidak masalah," ujar Engko dalam temu media di Kementerian Kesehatan, Kamis (10/1/2018).
Meski ada penambahan pasien orang dengan HIV/AIDS yang membutuhkan ARV, ia mengklaim Kemenkes telah mengantisipasi. Engko menambahkan, dari stok tersebut obat antiretroviral kombinasi jenis tenofovir, lamivudine, dan evafirenz yang ada masih bisa digunakan selama empat bulan. Sementara untuk ARV lepasan masih tersedia stoknya hingga enam bulan ke depan.
"Kalau memang ada kebutuhan (ARV) maka pemerintah wajib menyiapkannya sesuai kebutuhan," katanya.