Sabtu 12 Jan 2019 03:32 WIB

Ini Klarifikasi Bima Arya kepada Bawaslu Soal Pose Satu Jari

Bawaslu Kota Bogor pada Jumat (11/1) memintai keterangan Wali Kota Bogor Bima Arya.

Wali Kota Bogor Bima Arya mengajak kader ibu-ibu Penguatan Ketahanan Keluarga (PKK) menonton film Keluarga Cemara di bioskop, Kota Bogor, Kamis (10/1).
Foto: Republika/Imas Damayanti
Wali Kota Bogor Bima Arya mengajak kader ibu-ibu Penguatan Ketahanan Keluarga (PKK) menonton film Keluarga Cemara di bioskop, Kota Bogor, Kamis (10/1).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto memenuhi panggilan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Bogor, Jawa Barat untuk memberikan keterangan terkait pose satu jari, Jumat (11/1). Bima menyebutkan, total ada 15 pertanyaan yang ditanyakan kepada dirinya oleh anggota Bawaslu Kota Bogor.

"Yang saya sampaikan, pertama, saya menerima undangan dari Ponpes Al Ghazali melalui Ustaz Turmuzi yang disampaikan melalui 'WA' maupun surat," kata Bima.

Ia menjelaskan, surat tersebut ditujukan kepada dirinya pribadi dengan penulisan nama dalam surat undangan atas nama dirinya Bima Arya bukan sebagai Wali Kota.   "Saya datang ke sana (Ghazaly, Red) sekitar jam setengah dua belas, saat itu tepat ketika pak Kiai (Ma'ruf) mengadakan press conference," katanya pula.

Bima mengatakan, saat itu dirinya diminta duduk di depan Kiai Ma'ruf. Lalu menjawab pertanyaan wartawan terkait kehadiran dirinya.

"Teman-teman wartawan langsung secara spontan menanyakan maksud kedatangan saya," kata Bima.

Bima mengatakan, ketika menjawab pertanyaan wartawan langsung secara insting, secara refleks mengatakan bahwa maksud kedatangannya cuma satu yang disertai dengan penekanan, penguatan makna mengacungkan satu jari.  "Saya itu orangnya ekspresif, jadi kalau bicara dua saya kasih simbol dua, kalau semangat saya kepalkan tangan, kalau lima saya buat lima. Kemarin itu secara refleks saya sebutkan satu, ya.. itu yang kemudian ditafsirkan macam-macam," kata Bima lagi.

Bima juga menjelaskan beberapa alasannya kepada Bawaslu bahwa kehadiranya pada acara itu terjadi di hari libur, bukan hari kerja. Kedatanganya juga bukan untuk kampanye.

"Tapi saya diundang, ketika simbolisasi satu, penguatan makna, tentang alasan saya datang ke sana yaitu satu memuliakan tamu," kata Bima pula.

Bima juga menyampaikan bahwa dirinya tidak memihak atau mendukung pasangan calon mana pun dalam Pilres 2019 ini. "Silakan dibaca pernyataan saya di beberapa media bahwa saya meminta izin pada partai untuk netral, untuk tidak memihak pada paslon mana pun," katanya.

Alasannya, karena wali kota harus fokus bekerja dan menjaga kebersamaan agar pemilu di Kota Bogor berjalan kondusif.  "Rasanya tidak pas, tidak elok kalau wali kota terlalu sibuk kampanye," kata Bima pula.

Bima juga menunjukkan bukti foto kopi surat disposisi untuk menjadwalkan undangan Ponpes Al Ghazaly yang akan dihadirinya yang tertera nama dirinya bukan atas nama Wali Kota.  "Dalam Islam, kalau diundang itu kalau ada tamu sebaiknya dimuliakan," kata Bima lagi.

Ketua Bawaslu Kota Bogor Yustinus Eliyas mengatakan, ada 15 pertanyaan yang ditanyakan kepada politikus PAN tersebut terkait kegiatannya pada saat menghadiri silaturahim cawapres RI nomor urut 01 Ma'ruf Amin, di Pondok Pesantren Al Ghazaly pada Sabtu (5/1) lalu.

"Beliau (Bima, Red) menyampaikan kedatangannya (silaturahim) atas nama pribadi, diundang atas nama pribadi, dan itu berlangsung pada hari Sabtu, yaitu hari libur," kata Yustinus.

Yustinus mengatakan, pemanggilan Wali Kota Bogor merupakan pengumpulan informasi awal untuk mendapatkan data-data informasi yang dapat membuktikan apakah ada unsur-unsur kampanye pada acara silaturahim tersebut.  Sebelumnya, sejak Selasa (8/1) Bawaslu telah menindaklanjuti viral pemberitaan pose satu jari tersebut dengan memanggil terlebih dahulu panitia pengawas kecamatan (panwascam), PPKAD, dan tim pemenangan daerah atau TKD.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement