REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perayaan 60 Tahun Revolusi Kuba berlangsung di Jakarta, Jumat (12/1) malam. Pertemuan itu turut mengenang kembali persahabatan yang terjalin antara presiden pertama RI Soekarno dan pemimpin revolusi Kuba Fidel Castro.
"Presiden Soekarno adalah kepala negara asing pertama yang mengunjungi Kuba setelah kemenangan revolusi," kata Duta Besar Kuba untuk Indonesia Nirsia Castro Guevara dalam acara yang dihadiri oleh putri ketiga Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri.
Dalam kunjungan tersebut, Soekarno berbicara mengenai kedekatan kedua negara dan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Soekarno yang juga dikenal dekat dengan pejuang revolusi Kuba Che Guevara, juga menghadiahi Castro sebilah keris dan peci.
Sejak saat itu, hubungan diplomatik kedua negara yang resmi dibuka pada 22 Januari 1960 dan terus berkembang dalam berbagai bidang.
Indonesia dan Kuba adalah pendiri Gerakan Nonblok. Kedua negara juga anggota aktif G-77 yaitu kelompok terdiri dari 134 negara berkembang yang dirancang untuk mempromosikan kepentingan kolektif anggotanya serta menciptakan negosiasi bersama yang ditingkatkan di PBB.
"Saya mewakili pemerintah dan rakyat Kuba juga menyampaikan terima kasih atas dukungan berkelanjutan Indonesia untuk mengakhiri embargo ekonomi yang diberlakukan AS terhadap Kuba," ujar Dubes Nirsia.
Persahabatan kedua negara tercermin dalam berbagai kerja sama bilateral, di antaranya di bidang kesehatan, olahraga, ekonomi, dan pendidikan.
Menurut Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, yang mewakili pemerintah Indonesia hadir dalam perayaan tersebut, kedua negara telah menandatangani nota kesepahaman untuk produksi obat-obatan dan vaksin.
Kuba memang dikenal maju di bidang kesehatan dan medis, terutama dengan pengembangan bioteknologi. Sejak 2013, Kuba memberikan beasiswa kepada pelajar Indonesia untuk menempuh studi kedokteran di negara tersebut.
"Kami berharap semakin banyak pelajar Indonesia bisa memanfaatkan kesempatan studi ini," kata Hanif.
Di bidang olahraga, baru-baru ini Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) mendatangkan pelatih tinju dari Kuba. Di bidang ekonomi, nilai perdagangan Indonesia-Kuba telah mencapai lebih dari 13 juta dolar AS selama Januari hingga Oktober 2018.
Selain bidang-bidang tersebut, Hanif meyakini masih banyak peluang kerja sama yang bisa dikembangkan untuk menunjang kemakmuran rakyat kedua negara.
"Mari bersama-sama menggarap semua peluang yang ada dan memainkan peran kita untuk mencapai apa yang dimiliki oleh Soekarno dan Castro, yaitu persahabatan abadi untuk kesejahteraan rakyat," tutur Hanif.