REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Putri presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, Ivanka Trump, menjadi kandidat presiden Bank Dunia atau Word Bank. Sebelumnya, Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim mengundurkan diri secara mendadak awal pekan ini.
Menurut Financial Times dikutip Independent pada Ahad (13/1), Ivanka Trump termasuk dalam nama-nama daftar kandidat presiden Bank Dunia. Selain itu, ada pula pejabat Departemen Keuangan David Malpass, mantan duta besar PBB Nikki Haley, dan kepala Badan AS untuk Pembangunan Internasional Mark Green.
Dewan Bank Dunia pada Kamis lalu mengatakan, pihaknya akan mulai menerima nama kandidat pada awal Februari untuk menggantikan Kim yang resmi mundur pada pertengahan April. Dewan pun menegaskan proses seleksi akan berlangsung terbuka, merit-based dan transparan, dan kandidat dari luar AS tidak akan disingkirkan.
"Kami baru memulai mengkaji secara internal proses untuk kandidat AS. Kami menunggu kerja sama pemerintah untuk menseleksi pemimpin baru," ujar juru bicara Kementerian Keuangan.
Dewan Bank Dunia mengatakan presiden berikutnya harus memiliki rekam jejak kepemimpinan yang terbukti. Pengalaman dalam mengelola organisasi besar dengan paparan internasional dan keakraban dengan sektor publik, serta komitmen yang kuat dan penghargaan atas kerja sama multilateral.
Secara historis, sebagai pemegang saham terbesar di Bank Dunia, presiden Bank Dunia merupakan hasil pilihan Amerika Serikat. Akan tetapi, kesepakatan ini telah menerima kritik yang meningkat dari negara-negara seperti Cina, yang menyebabkan dewan memperkenalkan proses baru pada tahun 2011, yang menjanjikan untuk menjadi terbuka, berbasis prestasi dan transparan.
Dalam proses ini, jika ada lebih dari tiga kandidat akan ada proses seleksi di mana dewan akan mempersempit lapangan melalui jajak pendapat atau pemilihan jerami informal. Kandidat terpilih akan diwawancarai oleh dewan sebelum membuat seleksi akhir.
Presiden Bank Dunia baru akan menjabat dengan masa jabatan selama lima tahun setelah terpilih. Misi Bank Dunia pada tahun 2030 salah satunya mengakhiri kemiskinan ekstrem dengan mengurangi jumlah orang yang hidup kurang dari 1,90 dolar AS sehari menjadi tidak lebih dari tiga persen dari populasi global.
Menurut data Bank Dunia, persentase orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem secara global turun ke level terendah yakni 10 persen pada 2015, turun dari 11 persen pada 2013. Jumlah orang yang hidup kurang dari 1,90 dolar AS per hari turun selama periode ini sebesar 68 juta menjadi total 736 juta.