Ahad 13 Jan 2019 19:36 WIB

Qunun Disambut Sebagai Warga Pemberani di Kanada

Kasusnya menarik dunia karena aturan sosial Saudi yang ketat.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Indira Rezkisari
Rahaf Mohammed Alqunun (tengah) bersama Menlu Kanada Chrystia Freeland (kanan) saat tiba di Toronto Pearson International Airport, Sabtu (12/1).
Foto: AP
Rahaf Mohammed Alqunun (tengah) bersama Menlu Kanada Chrystia Freeland (kanan) saat tiba di Toronto Pearson International Airport, Sabtu (12/1).

REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Rahaf Mohammed al-Qunun (18 tahun), perempuan Saudi yang melarikan diri dari keluarganya, telah tiba di Toronto, Kanada, pada Sabtu (12/1), setelah mendapatkan suaka dari negara itu. Ia disambut oleh Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland yang menyebutnya sebagai seorang warga Kanada yang pemberani.

Qunun telah menarik perhatian internasional setelah dia mengurung dirinya di kamar hotel bandara Bangkok pekan ini untuk menolak dideportasi ke Arab Saudi. Qunun juga menolak bertemu ayah dan saudara lelakinya, yang menyusul ke Bangkok untuk mencoba membawanya pulang.

Qunun tiba di Bandara Internasional Pearson Toronto pada Sabtu pagi. Ia mengenakan hoodie yang bertuliskan Kanada dengan warna merah, dan topi biru dengan logo Komisaris Tinggi Pengungsi PBB (UNHCR), yang telah memberikan status pengungsi kepadanya.

Dalam cicitan terakhirnya di Twitter sebelum berangkat ke Toronto, Qunun menulis, "Saya berhasil." Ia juga mengunggah foto-foto dari dalam pesawat terbang.

Freeland, yang menerima Qunun di bandara, mengatakan kepada wartawan bahwa Qunun adalah warga negara Kanada baru yang sangat pemberani.

"Rahaf ingin warga Kanada melihat bahwa dia telah tiba di rumah barunya. Tapi dia telah melalui perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan, jadi dia memilih untuk tidak menjawab pertanyaan hari ini. Dan dia sekarang akan pergi ke rumah barunya," ujar Freeland.

Qunun terlihat tersenyum dan melambaikan tangan ke wartawan ketika dia berjalan keluar area kedatangan penerbangan internasional, tetapi dia tidak berbicara kepada media. Dia kemudian dibawa ke terminal bandara.

Keputusan Kanada untuk memberikan suaka kepada Qunun diambil pada saat yang sulit. Hubungan antara Ottawa dan Riyadh tengah memanas setelah Kanada menuntut pembebasan aktivis HAM yang dipenjara Saudi tahun lalu. Tuntutan itu membuat geram Arab Saudi yang membalas dengan membekukan perdagangan baru dengan Ottawa.

Qunun, yang awalnya bermaksud mencari suaka di Australia, memilih Kanada sebagai gantinya karena Australia terlalu lama mempertimbangkan apakah akan memberikan suaka padanya.

“(Australia) terlalu lama. Itu sebabnya saya pergi ke Kanada," kata Qunun kepada Reuters sebelum terbang ke Toronto. Qunun mengambil penerbangan Korean Air dari Bangkok ke Seoul pada Jumat (11/1) dan kemudian melakukan penerbangan lanjutan ke Toronto.

Kasusnya telah menarik perhatian global terhadap aturan sosial Arab Saudi yang ketat, termasuk persyaratan bahwa perempuan harus memiliki izin wali laki-laki untuk bepergian. Menurut kelompok HAM, sistem perwalian dapat menjebak perempuan dan anak perempuan sebagai tahanan keluarga.

Qunun tiba di Bangkok sepekan yang lalu dan pada awalnya telah ditolak masuk. Namun dia mulai menulis cicitan di Twitter dari area transit Bandara Suvarnabhumi Bangkok yang mengatakan dia telah melarikan diri dari Kuwait dan hidupnya akan dalam bahaya jika ia dipaksa kembali ke Arab Saudi.

Dalam beberapa jam, sebuah kampanye #SaveRahaf muncul dan tersebar di Twitter oleh jaringan aktivis. Setelah tertahan selama 48 jam di bandara Bangkok, ia diizinkan memasuki negara itu dan diproses sebagai pengungsi oleh UNHCR, dilansir dari Reuters, Ahad (13/1).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement