Senin 14 Jan 2019 19:10 WIB

Hero Tutup Puluhan Gerai, Aprindo: Daya Beli Terus Turun

Ritel lain diprediksi melakukan penutupan gerai.

Rep: Adinda Pryanka / Red: Nur Aini
HERO pasar swalayan
Foto: istimewa
HERO pasar swalayan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta menilai, penutupan sejumlah gerai PT Hero Supermarket merupakan salah satu upaya ritel untuk melakukan efisiensi. Para pelaku ritel memutuskan menutup di sejumlah lokasi untuk kemudian ekspansi dengan cara yang berbeda, di antaranya, memanfaatkan platform online seiring dengan perkembangan e-commerce.

Tutum menilai, tidak menutup kemungkinan, ritel lain juga akan melakukan tindakan serupa. Hal ini bisa terjadi apabila daya beli masyarakat terus menurun dan peralihan dari kegiatan belanja konvensional ke digital semakin intensif. "Kami harus mengakui faktor-faktor ini ada," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Senin (14/1).

Selain itu, Tutum menambahkan, faktor eksternal turut berperan dalam penutupan sejumlah ritel. Perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia, Amerika dengan Cina, masih terus berlangsung yang memberikan dampak terhadap ekonomi negara berkembang seperti Indonesia.

Tutum berharap, pemerintah dapat membantu intervensi faktor-faktor ini, khususnya untuk meningkatkan daya beli masyarakat yang menjadi faktor internal pertumbuhan industri ritel. Dia menilai, daya beli harus tumbuh secara alamiah agar masyarakat memiliki kekuatan menabung sepanjang tahun untuk membeli barang konsumsi di ritel.

Selama ini, yang terjadi adalah daya beli masyarakat hanya naik signifikan menjelang Lebaran karena adanya tunjangan hari raya (THR) atau bantuan sosial lain. Apabila hanya bergantung pada momentum tersebut, pertumbuhan ritel Indonesia sulit kembali menggeliat. “Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat regulasi harus membuat aturan yang dapat menjaga daya beli ini stabil,” kata Tutum.

Tutum menuturkan, pihak ritel sudah berupaya menjalankan regulasi dari pemerintah, seperti perpajakan dan menjaga agar pasar tradisional tidak tergerus dengan ritel modern. Untuk itu, ia berharap, pemerintah dapat membantu ritel dengan mempertahankan daya beli masyarakat sepanjang tahun. Di antaranya, dengan membuka lapangan kerja semaksimal mungkin, sehingga mereka memiliki pendapatan.

Selain itu, Tutum menambahkan, pemerintah juga harus membuat aturan main untuk mengatur e-commerce. Meski e-commerce menjadi bentuk digitalisasi yang tidak dapat dielakkan, mereka harus tetap memiliki aturan main. "Era baru ini harus dikontrol dan dijaga keseimbangannya," tuturnya.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, faktor daya beli masyarakat menjadi penyebab utama tutupnya gerai ritel sepanjang dua tahun belakang. Khususnya, pada 2018, tingkat konsumsi masyarakat masih stagnan di angka lima persen secara rata-rata yang menyebabkan pertumbuhan ritel semakin melambat.

Terkait e-commerce, Bhima menilainya bukan sebagai sebuah ancaman bagi ritel. Sebab, kontribusi e-commerce terhadap perekonomian baru mencapai dua persen dari total ritel. Selain itu, pasar dari dua platform ini cenderung berbeda. "Kalau ritel FMCG (fast moving consumer good), sedangkan e-commerce didominasi fesyen. Jadi, ecommerce bukan faktor tutupnya ritel," ujarnya.

Sebelumnya, PT Hero Supermarket Tbk (HERO Group) memutuskan menutup 26 gerai dan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 532 karyawan. Menurut rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (10/1), keputusan ini sebagai strategi yang mendukung keberlanjutan bisnis dengan memaksimalkan produktivitas kerja melalui proses efisiensi.

Sejauh ini, dari 532 karyawan yang terdampak dari kebijakan efisiensi tersebut, sebanyak 92 persen karyawan telah mengerti dan memahami kebijakan efisiensi ini dan menyepakati untuk mengakhiri hubungan kerja. "Seluruh karyawan tersebut telah mendapatkan hak sesuai dengan Undang-Undang Kementerian Tenaga Kerja RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan," ujar Corporate Affairs GM PT Hero Supermarket Tbk Tony Mampuk.

Sampai dengan kuartal ketiga tahun 2018, PT Hero Supermarket mengalami penurunan total penjualan sebanyak satu persen senilai Rp 9.849 miliar di mana perolehan tahun 2017 adalah Rp 9.961 miliar.

Penurunan tersebut disebabkan oleh penjualan pada bisnis makanan yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Meski demikian, bisnis nonmakanan tetap menunjukkan pertumbuhan yang cukup kuat. Atas hal tersebut perusahaan meyakini bahwa keputusan akan langkah efisiensi tersebut adalah hal yang paling baik dalam menjaga laju bisnis yang berkelanjutan.

Tony menjelaskan, perusahaan saat ini sedang menghadapi tantangan bisnis, khususnya dalam bisnis makanan. "Oleh karena itu, kami mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga keberlangsungan usaha di masa yang akan datang," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement