Senin 14 Jan 2019 23:12 WIB

Bangkok Semprotkan Air untuk Atasi Polusi Udara

Kementerian Pertanian juga sudah menyiapkan benih awan untuk bantu bersihkan udara.

Siswa India menggunakan sapu tangan sebagai masker untuk melindungi diri dari polusi udara mematikan di New Delhi, India.
Foto: AP Photo/R S Iyer
Siswa India menggunakan sapu tangan sebagai masker untuk melindungi diri dari polusi udara mematikan di New Delhi, India.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Ibu Kota Thailand, Bangkok, pada Senin (14/1), menyemprotkan air ke udara yang panas dan jalanan, sementara pihak berwenang membagi-bagikan masker dalam upaya untuk memerangi polusi udara. Bangkok, salah satu kota di dunia yang paling sering dikunjungi, telah diselimuti kabut sejak Sabtu (12/1).

Kementerian Pertanian juga sudah menyiapkan benih awan untuk membantu membersihkan udara. Tingkat partikel debu berbahaya yang disebut PM 2,5 telah melampaui batas aman di 30 dari 50 distrik di Bangkok selama beberapa hari, kata Gubernur Bangkok Aswin Kwanmuang kepada para wartawan.

PM 2,5 adalah campuran tetesan cairan dan partikel keras yang meliputi debu, jelaga, dan asap. Campuran itu adalah salah satu polutan utama yang masuk dalam pengukuran Indeks Kualitas Udara (IKU).

IKU di Bangkok pada Senin pagi mencapai 180, menurut laman populer airvisual.com, yang mengukur tingkat kualitas udara berbagai kota di penjuru dunia. Suhu udara di Bangkok mencapai 31 derajat Celcius.

Tingkat di atas 150 dianggap tidak sehat dan Bangkok pada Senin masuk dalam 10 besar kota dengan pencemaran udara paling parah di dunia. Kota Tel Aviv di Israel menduduki peringkat teratas dalam daftar itu dengan tingkat 454.

Polusi di Bangkok pernah mencapai batas tidak sehat sebelumnya, biasanya di musim kemarau antara Januari dan Maret, namun tidak berlangsung lama. Otoritas berjanji akan melakukan berbagai upaya untuk memerangi polusi.

"Pihak kota akan membagikan masker N95 yang bisa melindungi warga dari debu PM 2,5. Kami akan membagikan 10 ribu masker pertama kepada masyarakat di berbagai titik di penjuru kota," kata Aswin pada Senin pagi.

Sejumlah toko telah kehabisan masker karena tingginya permintaan. Supannee Boriwongse (37), manajer sebuah toko obat di distrik Silom, Bangkok, kepada Reuters, mengatakan persediaan maskernya sudah habis dibeli warga.

"Kami sudah memesan lebih banyak tapi kami diberi tahu terjadi kelangkaan," ujarnya.

Dinas Pengendali Polusi mengatakan gas buang solar dari mobil berkontribusi 50-60 persen terhadap polusi sementara pembakaran sampah dan tanaman berkontribusi sekitar 35 persen. Pemerintah telah melarang truk-truk besar memasuki pusat kota Bangkok saat jam sibuk, sementara kepolisian berjanji akan menerapkan undang-undang untuk mengontrol emisi.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement