REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mempunyai sejumlah rekomendasi mengenai kenaikan tarif pesawat sebagai jalan tengah bagi konsumen dan maskapai. Ketua Harian YLKI Tulus Abadi menganjurkan kenaikan tarif dilakukan secara bertahap.
Menurutnya, selama ini kenaikan harga bahan bakar dan komponen tak diiringi kenaikan tarif. Kenaikan secara bertahap, kata dia, membuat masyarakat bisa menyesuaikan daya belinya.
"Harapannya kalau naik ya bertahap, kita tak bisa hindari nggak ada kenaikan tapi dengan psikologi konsumen ya bertahap jadi nggak ganggu daya beli," katanya pada wartawan dalam diskusi, Selasa (15/1).
Dari segi maskapai, ia meminta agar meningkatkan ketepatan waktu atau On Time Performance (OTP). Pasalnya, ketepatan waktu selalu menjadi tuntutan pokok masyarakat. Menurutnya, keutamaan transportasi udara terletak pada OTP-nya.
"Masyarakat nuntut performa pelayanan. Yang paling sensitif itu OTP. Belum semua gitu. Ini pekerjaan rumah," ujarnya.
Ia menyoroti pula masih adanya kasus kehilangan bagasi di pesawat. Ia menuntut adanya pembenahan bila maskapai ingin memberlakukan tarif pada bagasi.
"Bagasi yang sekali-kali hilang harus diurus," ujarnya.
Di sisi lain, ia menganjurkan pemerintah memberi insentif bagi maskapai Indonesia guna membuat tarif lebih murah. Pemerintah Singapura sudah menggunakan skema insentif demi mendatangkan penerbangan kesana.
"Pemerintah beri insentif kayak di Singapura. Kalau ditimpakan semua ke konsumen ya berat. Kalau tingkat penumpang pesawat turun, tapi pemerintah ingin wisata naik ya nggak bisa," tuturnya.