REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suara azan mengalun merdu dari sebuah masjid di Nathan Road, Hong Kong. Azan tersebut diserukan oleh imam dari masjid tersebut, yaitu Ahmed Cheung Wong Yee atau yang dikenal sebagai Imam Cheung.
Saat itu hari Jumat, siang hari. Bersamaan dengan suara azan, mulai berdatanganlah laki-laki Muslim yang akan menjadi jamaah shalat Jumat. Meski daerah ini merupakan wilayah bisnis yang padat, pada waktu tersebut, para laki-laki rela menanggalkan pakaian kerja mereka dan berganti dengan pakaian yang layak untuk dipakai shalat.
Beberapa wanita Muslim juga terlihat berada di dekat masjid sambil melantunkan ayat-ayat Alquran. Setelah iqamat dilantunkan, shalat Jumat pun dimulai.
Ini merupakan sekelumit cerita aktivitas kaum Muslim yang tinggal di Hong Kong. Meski menjadi minoritas karena jumlahnya hanya sekitar 250 ribu jiwa, umat Islam diberikan kebebasan untuk melakukan ibadah.
Hong Kong merupakan kota metropolis dan merupakan wilayah yang terpisah dari daratan Cina serta lama berada di bawah kekuasaan Inggris. Hingga akhirnya pada 1997, Inggris menyerahkan kedaulatan Hong Kong kepada Cina.
Laman islamonline menuliskan Muslim telah mendiami Cina sejak seribu tahun lalu. Islam dibawa oleh para pedagang Arab yang melakukan perdagangan melintasi jalur sutra, jalur perdagangan yang menghubungkan Cina dengan dunia Barat.
Khusus di Hong Kong sendiri, Muslim banyak yang datang bersamaan dengan kedatangan koloni Inggris yang menjadikan wilayah ini sebagai basis dagang East India Company. Untuk menjaga kawasan Hong Kong, Inggris mempekerjakan tentara yang berasal dari India yang kebanyakan adalah Muslim.
Islam ternyata menarik perhatian penduduk setempat. Jumlah penganut Islam pun semakin banyak. Orang Cina di daerah ini yang kemudian memutuskan untuk masuk Islam dikenal dengan nama Hui. Kini, Muslim di Hong Kong sebagian besar merupakan orang Cina asli.
Selain itu, juga ada Muslim yang berasal dari warga pendatang, seperti orang Pakistan, Malaysia, Filipina, Arab, Afrika, dan negara lainnya. Juga banyak yang merupakan keturunan campuran antaretnis.
Masyarakat Indonesia sendiri menyumbangkan jumlah yang lumayan banyak dalam komunitas Muslim. Kebanyakan dari mereka adalah para TKI yang mencari peruntungan hidup di sana sebagai pekerja rumah tangga.
Mereka menyebut diri mereka sebagai Buruh Migran Indonesia (BMI). Jumlahnya tak kurang dari 120 ribu orang. Kegiatan pengajian dan aktivitas Islami lainnya sering digelar sembari bersilaturahim.