REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Antropolog dari Chinese University, Hong Kong, Paul O'Connor dalam bukunya Islam in Hong Kong: Muslims and Everyday Life in China's World City yang terbit pada 2012, menjelaskan masyarakat Hong Kong yang mayoritas memeluk agama lain selain Islam sangat toleran.
“Mereka yang akan berjualan daging babi tidak akan melalui jalan yang banyak didiami oleh orang Islam sebagai bentuk saling menghormati,” tulisnya.
Mayoritas penduduk Hong Kong beragama Buddha, Tao, dan Konghucu. Agama lain yang menjadi minoritas, seperti Kristen, Yahudi, Sikh, dan Hindu, juga punya penganut di sini.
Menurut laman islam.org, sekitar 1850-an, Muslim di Hong Kong mulai membantuk organisasi yang resmi yang kemudian diakui oleh Pemerintahan Inggris pada saat itu. Organisasi tersebut adalah Badan Wakaf Komunitas Islam (Incorporated Trustees of the Islamic Community Fund).
Organisasi Muslim ini kemudian menunjukkan tajinya yang akhirnya bisa membangun beberapa tempat ibadah secara resmi di wilayah ini. Sebelumnya, Muslim di Hong Kong menggelar shalat berjamaah di tempat terbuka di pinggir jalan saja.
Lahan pertama yang diubah menjadi masjid adalah yang berada di Jalan Shelley Nomor 30. Di kawasan elite ini, sebuah masjid kecil dibangun pada 1890, kemudian diperluas dan direnovasi lagi pada 1905. Masjid yang diberi nama Masjid Jami'a ini menjadi yang tertua di Hong Kong.
Lahan lain kemudian juga disiapkan untuk pemakaman Muslim yang terletak di daerah Happy Valley. Dibangun pula sebuah masjid kecil di dekatnya. Pemakaman Muslim lain juga dibuat di Cape Collinson.
Di Hong Kong, kita bisa menemukan beberapa masjid besar lainnya. Antara lain, Masjid Ammar dan Islamic Center Osman Ramfu Sadick di Oi Kwan Road, serta Masjid Stanley. Hanya di masjid-masjid inilah suara azan bisa diperdengarkan.
Daerah Kowloon dulu biasa dipakai untuk beribadah para tentara Muslim yang berasal dari India. Mereka tinggal di barak militer Whitfield yang kini dijadikan Kowloon Park.
Di tempat ini kemudian dibangun pula sebuah masjid yang dikenal dengan Masjid Kowloon lengkap dengan Islamic center di sana yang dibangun pada 1984. Tak hanya masjid, di sini juga dibangun perpustakaan, tempat pendidikan membaca Alquran, juga taman kanak-kanak.
Imam Cheung kini menjadi imam besar Masjid Kowloon. Menurutnya, meski Muslim menjadi minoritas di Hong Kong, pemerintahnya mulai memberikan perhatian yang cukup pada kebutuhan Muslim. “Misalnya, kini mereka menyediakan daging halal yang disembelih sesuai dengan hukum Islam,” ujarnya.
Cheung merupakan salah satu imam yang punya kontribusi besar bagi pengembangan ajaran Islam di kota yang dulunya merupakan koloni Inggris ini. Ia dibesarkan dan belajar di kawasan Cina Selatan dekat pelabuhan Guangzhou atau yang dikenal sebagai Kanton.
Ia menjadi imam mengikuti jejak ayah dan kakeknya yang merupakan seorang imam juga. Meski kini usianya telah lanjut, Imam Cheung masih setia mengabdikan diri untuk berdakwah di jalan Islam.