REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Indonesia Nasional Air Carrier Asociation (INACA) Ari Askhara menilai tingginya harga avtur merupakan alasan utama maskapai sulit menurunkan harga tiketnya. Alhasil, harga tiket sebagian maskapai domestik tak bisa menyaingi harga maskapai asing karena pembelian avtur lebih murah.
Ari mengungkapkan komposisi pengeluaran maskapai mayoritas digunakan pembelian bahan bakar. Sehingga pengeluaran maskapai amat bergantung pada harga avtur.
"Yang kami hitung komposisinya untuk fuel (bahan bakar) itu 40-45 persen di biaya operasional kita," katanya dalam diskusi, Selasa (15/1).
Komponen biaya lain yang juga tinggi ialah biaya leasing pesawat. Kemudian, biaya perawatan pesawat dan gaji pegawai. Diperkirakan total pegawai untuk maskapai Garuda saja sekitar 10 ribu orang.
"Struktur cost itu banyak variabel. Itu tergantung volatilitas kondisi market internasional karena pembayaran dalam bentuk dolar AS sedang dari kursnya sendiri fluktuasi," ujarnya.
Ia merekomendasikan Pertamina agar menurunkan harga avtur. Sebab menurutnya, harga avtur Pertamina di luar negeri justru lebih murah karena ingin bersaing dengan perusahaan lain.
"Saya tidak memaksa Pertamina. Kalau Pertamina bisa menurunkan kami juga akan menurunkan. Ini inisiatif," imbaunya.