Kamis 17 Jan 2019 18:51 WIB

Al-Hambra, Sepotong Firdaus di Granada

Al-Hambra merupakan kompleks istana dan benteng yang megah.

Alhambra merupakan sebuah kompleks istana dan benteng peninggalan bersejarah sekaligus bukti jejak peradaban Islam di Eropa.
Foto: Republika TV/Kamila
Alhambra merupakan sebuah kompleks istana dan benteng peninggalan bersejarah sekaligus bukti jejak peradaban Islam di Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istana Al-Hambra sempat menjadi kandidat Tujuh Keajaiban Dunia yang Baru (New Seven Wonders of the World). Al-Hambra, inilah bangunan monumental paling indah peninggalan arsitektur Islam di kota Granada, Spanyol bagian selatan, yang dikenal dengan sebutan Andalusia dan salah satu bukti ketinggian peradaban dan kesenian Islam abad pertengahan.

Al-Hambra merupakan kompleks istana dan benteng yang megah dari kekhalifahan Bani Ummayyah. Bangunan eksentrik ini tidak dibangun sekaligus, tapi secara bertahap selama lebih dari 100 tahun sepanjang abad ke-14 dan 15. Konstruksi pertama dibangun oleh Sultan Muhammad bin al-Ahmar I (1257-1323) dari keluarga Bani al-Ahmar atau Bani Nasr yang masih keturunan Sa'id bin Ubadah, salah seorang sahabat Rasulullah SAW dari suku Khazraj.

Nama Al-Hambra berasal dari kata Arab hamra', bentuk jamak dari ahmar (merah). Disebut demikian lantaran tanah tempat istana ini berdiri berwarna merah. Ada pula yang mengatakan karena dindingnya berwarna merah. Pendapat lain menyebutkan bahwa nama Al-Hambra diambil dari Al-Ahmar, nama sang pendirinya.

Al-Hambra berada pada dataran di atas sebuah bukit kecil yang tingginya kira-kira 150 meter di atas Kota Granada. Kompleks istana Al-Hambra terhampar di atas tanah seluas kira-kira 14 hektare, dikelilingi dinding yang dari jauh tampak bagaikan benteng yang kokoh. Di sekeliling dinding menjulang 13 menara megah, di antaranya ada yang mencapai tinggi 26 meter.

Jalan menuju istana terasa sejuk dan nyaman karena di sepanjang jalan berjajar pepohonan dan air mancur. Setelah melewati Istana Generalif yang didirikan Karel V (penguasa Spanyol tahun 1516-1556), pengunjung tiba di gerbang Al-Hambra. Bangunan yang mula-mula tampak adalah Masjid al-Mulk atau Masjid Sultan (Royal Mosque).

Istana Al-Hambra terdiri atas pelbagai ruangan, masing-masing memiliki nama dan keindahan yang berbeda. Ruangan Al-Hukmi (Qa'atu Hukmi) adalah ruang pengadilan berbentuk persegi panjang (15 meter x 15 meter) setinggi 20 meter. Ruangan ini mempunyai sebuah lambang yang menggambarkan tangan yang tengah menengadah ke langit dan anak kunci di sampingnya. Ini mengandung makna bahwa keadilan membuka jalan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Ruangan berhias ukiran dan tulisan itu dibangun oleh Sultan Yusuf I (1334-1354).

Taman Singa (Hausyus Siba') adalah sebuah lapangan berukuran 28,5 m x 15,70 m di sebelah barat Ruangan Al-Hukmi. Keempat penjuru lapangan ini dikelilingi teras dengan 128 tiang marmer berlapis dua, berlapis tiga, dan berlapis empat. Tiang-tiang kapitel dan gang beratap dihiasi ukiran-ukiran bervariasi. Di tengah taman terdapat air mancur berdenah segi enam dan bertingkat dua. Airnya memancar dari mulut 12 ekor singa yang menyangganya ke empat penjuru.

Ruangan Bersiram (Hausy ar-Raihan) adalah sebuah ruangan berukuran 36,6 m x 23,4 m yang bagian tengahnya dibelah kolam al-Birkah seluas 33,5 m x 7,40 m dengan kedalaman 1,5 m. Kiri kanan ruangan tersebut diperlengkapi taman bunga. Di kedua ujungnya terdapat teras dan deretan tiang dari marmer. Lantai taman dan kolam terbuat dari marmer putih.

Ada sejumlah ruangan lain yang tak kalah indahnya, antara lain, Qa'atu Bani Siraj dan Qa'atu al-Ukhtain. Namun, ruangan terbesar dan terindah di Al-Hambra adalah As-Safra'. Ruangan ini memiliki kubah yang dihiasi pelbagai ukiran. Dindingnya dipenuhi hiasan yang menakjubkan, sementara di depannya terdapat Taman as-Safra'.

Victor Hugo, salah satu pujangga terbesar Barat, mengungkapkan keindahan Al-Hambara dalam sebuah sajak, "Al-Hambra, O Al-Hambra, Hanya mungkin dalam mimpi, Atau istana mambang dan peri, Yang telah menjelma, Bila purnama raya, Memandikanmu dengan cahaya, Gemerlapan berkejaran, Riak air berdesiran, Bisik hati akan bergema, O alangkah indahnya."

Seorang pangeran dari India yang mengunjungi Al-Hambra menuliskan ketakjubannya pada salah satu pintu Al-Hambra, "Andaikata firdaus ada di dunia, maka firdaus itu adalah Al-Hambra."

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement