REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) berencana untuk terus melakukan pengembangan dan investasi untuk memenuhi elektrifikasi nasional. Untuk bisa menambah daya pendanaan, PLN membuka opsi mencari pendanaan dari mana saja, salah satunya global bond.
Direktur Keuangan PLN, Sarwono menjelaskan tiap tahunnya PLN pasti akan melakukan investasi selain untuk mengebut penyelesaian proyek 35 ribu megawatt, pengembangan infrastruktur serta pembangunan transmisi juga dilakukan PLN. "Tiap tahun kan kita cari pendanaan yang paling murah. Bisa saja global bond," ujar Sarwono, Kamis (17/1).
Sarwono menjelaskan tak hanya opsi global bond saja sebenarnya, karena prinsipnya mencari pendanaan yang murah. Maka kesempatan tersebut juga terbuka untuk opsi lain seperti pinjaman luar negeri, pinjaman dalam negeri, sukuk juga reprofiling keuangan PLN.
"Seperti kemarin, dari semua opsi ternyata reprofiling lebih ramah dan kami jadi bisa memperpanjang tenggat utang. Misalnya ke depan pinjaman lebih murah ya bisa pinjaman, bisa juga sekuritisasi. Semakin banyak opsi semakin leluasa," ujar Sarwono.
Sarwono menjelaskan dengan skema ini maka PLN bisa membantah anggapan bahwa kondisi keuangannya sedang memburuk. Sarwono membantah jika perusahaan plat merah tersebut akan bangkrut.
Sebab, jika dilihat dari struktur utang, posisi ratio utang PLN masih jauh dari ambang batas. Sarwono merinci dalam hitungan keuangan, PLN masih mempunyai batas utang hingga 300 persen atau sebesar Rp 2.000 triliun.
"Hari ini PLN hanya 50 persen, jadi kami punya ruang. Modal kita Rp 900 triliun, bs pinjam sampai Ro 2.000 triliun masih aman. Dari 2015 sampai sekarang naik Rp 139 triliun. Capex naik Rp 269 triliun. Kami juga reprofilling, bunga delapan persen jadi enam persen. Jatuh tempo jadi 30 tahun lagi. Kita jadi sangat sehat sekali," ujar Sarwono.