Jumat 18 Jan 2019 16:11 WIB

ESDM: Pemanfaatan Kemiri Sunan Terkendala Suplai

Kendala lain untuk mengolah biji kemiri sunan hingga menjadi minyak butuh 3-5 tahun.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Gita Amanda
Ahli Peneliti Utama Bidang Ekofisiologi di Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, Dibyo Pranowo (baju putih), memegang kemiri sunan yang akan diolah sebagai biodiesel, Rabu (16/1).
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Ahli Peneliti Utama Bidang Ekofisiologi di Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, Dibyo Pranowo (baju putih), memegang kemiri sunan yang akan diolah sebagai biodiesel, Rabu (16/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sudah melihat potensi kemiri sunan sebagai jenis tanaman sumber bahan baku biodiesel yang potensial. Tapi, masih ada berbagai poin yang menjadi tantangan termasuk faktor ketersediaan.

Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna mengatakan, kemiri sunan memiliki produktivitas minyak yang tinggi. Setidaknya 15 ton sumber minyak per hektare per tahun mampu didapatkan yang berasal dari bijinya. "Ini keunggulan kemiri sunan," ucapnya ketika dihubungi Republika.co.id, Jumat (18/1).

Tapi demikian, Andriah menjelaskan, kemiri sunan masih belum dapat dimanfaatkan karena ketersediaannya yang masih sangat terbatas. Data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian menyatakan, hanya sekitar 1.000 hektare luas area kemiri sunan. Total tersebut tersebar di daerah Jawa Barat.

Kendala lain yang disampaikan Andriah adalah masa panen. Untuk memanen biji kemiri sunan yang dapat diolah sebagai sumber minyak, dibutuhkan waktu tiga sampai lima tahun. "Sebab, dibutuhkan masa penyiapannya terlebih dahulu," tuturnya.