Jumat 18 Jan 2019 22:47 WIB

Jerman dan Cina Tandatangani Kerja Sama Ekonomi

Kedua negara siap membuka pasar masing-masing.

Rep: lintar satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Bendera Cina.
Foto: ABC News
Bendera Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING--Jerman dan Cina menandatangani perjanjian untuk memperkuat kerja sama di bidang perbankan, keuangan dan pasar modal. Perjanjian yang dilakukan pada Jumat (18/1) ini kedua negara juga berjanji membuka pasar mereka masing-masing dan memperdalam kerjasama untuk memperluas hubungan ekonomi.

Perjanjian tersebut dicapai dalam kunjungan dua hari Menteri Keuangan Jerman Olaf Scholz ke Beijing. Di sana ia menemui Wakil Perdana Menteri sekaligus penasihat ekonomi tertinggi Negeri Tirai Bambu Liu He.

"Mereka akan memperkuat koordinasi kebijaka macroekonomi dan kerja sama pragmatis di bidang keuangan dan fiskal dan memperluas kerja sama strategis," kata kedua belah pihak dalam pernyataan yang dirilis usai pertemuaan tersebut, Jumat (18/1).

Perdagangan antara kedua negara melembut ditengah ketidakpastian perekonomian global yang disebabkan perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina. Jerman dan Cina berjanji akan menunjukan dunia masih membutuhkan multilateral.

Mereka sepakat untuk meningkatkan keseimbangan perekonomian internasional, menjaga sistem multilateral global, melawan proteksionisme dan mendukung sistem perdagangan multilateral melalui World Trade Organization.

"Penting bahwa bertolak belakang dengan tren yang kami lihat ditempat lain, kami melihat adanya kemajuan dalam kerja sama kami," kata Scholz.

Scholz menambahkan kerja sama ini penting untuk berperan dalam membuka akses untuk bank dan perusahaan asuransi. Liu juga mencatat pentingnya memperkuat hubungan perdagangan. "Ketika perekonomian dunia melambat, volatilitas pasar meningkat, menciptakan resiko yang semakin besar," kata Liu.

Jerman sudah menekankan perdagangan yang 'dekat dan menguntungkan' dengan Cina, sebagai perekonomian terbesar kedua di dunia. Jerman sebagai perekonomian terbesar keempat di dunia ingin melindungi dan memperkuat sektor bisnis sensitif ketika Cina melakukan akusisi industri strategis di luar negeri.

"Jika Anda bekerja sama, Anda tidak hanya akan mengapresiasi persamaannya, tapi juga mempelajari perbedaannya," kata Scholz.

"Dan kami memiliki kepentingan yang sama dalam masalah keuangan, dan lalu bersama-sama kami ingin membawa perspektif yang berbeda, saya yakin hal itu tugas yang sangat penting dalam dialog keuangan," ucap dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement