REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON— Gedung Putih mengumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan melakukan pertemuan kedua dengan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un. Pertemuan itu untuk membujuk Kim menyerahkan senjata nuklir yang sudah lama Korut kembangkan.
Sekretaris Jendral PBB, Antonio Guterres, mengatakan 'sudah waktunya' AS dan Korut menegosiasikan peta jalan denuklirisasi Semenanjung Korea dengan serius.
Dalam konferensi pers di kantor PBB, Guterres mengatakan peta jalan ini membuat kedua belah pihak 'mengetahui langkah apa yang harus mereka lakukan selanjutnya'.
"Dan harus memprediksi bagaimana negosiasi berjalan," kata Guterres, Sabtu (19/1).
Berita tentang pertemuan kedua dengan Korut ini diumumkan setelah Trump bertemu dengan utusan Korut Kim Yong Chol selama 90 menit di Kantor Kepresidenan AS, Oval Office.
Juru bicara Gedung Putih, Sarah Huckabee Sanders, mengatakan pertemuan kedua pemimpin negara itu akan dilakukan pada akhir Febuari mendatang tapi ia tidak mengungkapkan di mana pertemuan tersebut akan digelar.
"Amerika Serikat akan terus menekan dan memberlakukan sanksi ke Korea Utara sampai kami melihat langkah denuklirisasi dilakukan sepenuhnya dan dapat diverifikasi,” kata Sanders.
Sanders mengatakan AS sudah melangkah ke tahapan yang positif. Gedung Putih juga yakin Korut bersedia untuk melepaskan sandera-sandera yang mereka tahan.
"Jadi kami dapat melanjutkan pembicaraan dan presiden menantikan pertemuan selanjutnya.”
Pada Mei lalu Korut melepaskan tiga orang warga negara AS yang mereka tahan.
Ketiga orang itu dibawa pulang Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo setelah ia bertemu dengan pejabat-pejabat tinggi Korut di Pyongyang.
Pertemuan kedua antara Trump dan Kim menjadi tanda kedua belah pihak siap melakukan langkah selanjutnya dalam proses denuklirisasi Semenanjung Korea.
Trump sudah saling berkirim surat dengan Kim ditengah kebuntuan negosiasi selama beberapa bulan yang lalu.
Pada Jumat (18/1) Pompeo bertemu dengan Kim Yong Chol di sebuah hotel di Washington. Pertemuan ini mereka lakukan sebelum Kim Yong Chol bertemu Trump di Gedung Putih. Setelah pertemyuan dengan Trump, keduanya kembali melakukan pembicaraan.
Beberapa kali Trump mengatakan pertemuan kedua akan dilakukan pada tahun ini.
Vietnam dikabarkan sudah dipertimbangkan menjadi tuan rumah pertemuan kedua tersebut. Tapi Thailand, Hawaii dan Singapura juga masuk daftar calon tuan rumah pertemuan itu.
Sejak pertemuan pertama Trump dan Kim Jong-un pada Juni 2018 di Singapura lalu beberapa ahli sudah mengeluarkan laporan tentang senjata nuklir dan teknologi misil balistik yang dikembangkan Korut.
Rencana pertemuan antara Pompeo dengan utusan Korut pada November lalu secara sepihak dibatalkan Korut.
Utusan khusus AS untuk Korea Utara, Steve Biegun direncanakan akan terbang ke Swedia pada pekan ini. Di sana ia akan membahas tentang pertemuan kedua antara Trump dan Kim.
Pertemuan kedua sempat tertahan karena Korut tidak bersedia menyerahkan rincian fasilitas nuklir dan pengembangan misil mereka.
Pembicaraan Kim Yong Chol dan Trump di Gedung Putih mengakhiri penolakan Korut tersebut.
Korut juga meminta AS untuk mencabut sanksi ekonomi dan menyediakan jaminan keamanan sebelum melanjutkan langkah berikutnya.