Sabtu 19 Jan 2019 21:33 WIB

Taliban Bantah akan Hadiri Perundingan Damai di Pakistan

Taliban menolak perbincangan damai selama melibatkan pemerintah Afghanistan.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nashih Nashrullah
Milisi Taliban yang ditangkap oleh polisi perbatasan Afghanistan ketika mencoba menerobos perbatasan di Provinsi Nangarhar.
Foto: AP
Milisi Taliban yang ditangkap oleh polisi perbatasan Afghanistan ketika mencoba menerobos perbatasan di Provinsi Nangarhar.

REPUBLIKA.CO.ID, PESHAWAR -- Taliban Afghanistan membantah laporan di media Pakistan bahwa mereka siap melanjutkan pertemuan dengan utusan khusus AS, Zalmay Khalilzad di Islamabad, Pakistan. Mereka juga mengulangi penolakan mereka untuk berurusan langsung dengan pemerintah Afghanistan.

Surat kabar dan stasiun televisi Pakistan melaporkan akan ada pertemuan di Islamabad, menyusul diskusi antara Khalilzad dan pejabat Pakistan termasuk Perdana Menteri Pakistan Imran Khan pada Jumat (18/1). 

Para pemimpin senior Taliban mengatakan kekuatan regional termasuk Pakistan telah mendekati mereka dan ingin mereka bertemu dengan delegasi AS di Islamabad serta memasukkan pemerintah Afghanistan dalam proses perdamaian. Namun mereka menolak pendekatan tersebut.

"Kami ingin menegaskan bahwa kami tidak akan mengadakan pertemuan dengan Zalmay Khalilzad di Islamabad," kata juru bicara Taliban, Zabiullah Mujahid dalam sebuah pernyataan. 

Pembicaraan antara kedua pihak terhenti setelah Taliban menuduh Khalilzad menyimpang dari agenda yang disepakati dan tidak ada kejelasan kapan mereka akan melanjutkan. 

"Kami telah berulang kali menegaskan tidak akan pernah mengadakan pertemuan dengan pemerintah Afghanistan karena kami tahu mereka tidak mampu memenuhi tuntutan kami," kata seorang pemimpin senior Taliban, yang berbicara dengan syarat anonim.

AS mengatakan penyelesaian apa pun di Afghanistan harus antara pemerintah Afghanistan yang diakui secara internasional dan Taliban, yang sejauh ini menolak untuk berbicara dengan pemerintah yang mereka gambarkan sebagai rezim boneka tidak sah.

Pemimpin Taliban mengatakan pembicaraan damai dengan delegasi AS dapat dilanjutkan jika mereka yakin hanya tiga masalah yang akan dibahas yakni penarikan AS dari Afghanistan, pertukaran tahanan, dan mencabut larangan pergerakan para pemimpin Taliban.

Khalilzad tiba di Islamabad pada Kamis (17/1) dan bertemu Perdana Menteri Pakistan Imran Khan serta Menteri Luar Negeri Shah Mehmood Qureshi dan pejabat lainnya.

"Kedua pihak meninjau perkembangan pasca-Abu Dhabi, untuk membawa proses perdamaian Afghanistan ke depan," kata pernyataan kantor luar negeri. Delegasi Taliban Afghanistan mengadakan pembicaraan bulan lalu dengan para pejabat AS di Abu Dhabi. 

Pernyataan itu tidak memberikan perincian lebih lanjut tentang perundingan, tetapi beberapa media lokal melaporkan Pakistan setuju untuk menjadi tuan rumah putaran pembicaraan berikutnya antara Taliban Afghanistan dan AS di Islamabad.

Khalilzad, seorang diplomat veteran kelahiran Afganistan yang menjabat sebagai duta besar George W. Bush untuk Afghanistan, Irak, dan PBB, disebut pemerintahan Trump empat bulan lalu sebagai utusan khusus untuk menegosiasikan perdamaian. 

Washington telah lama mendorong Islamabad untuk mendekati para pemimpin Taliban, yang katanya berbasis di Pakistan, untuk membawa mereka ke meja perundingan. 

Ia sering menuduh negara Asia selatan itu secara diam-diam melindungi para pemimpin Taliban, sebuah tuduhan yang disangkal keras Islamabad. 

Amerika Serikat, yang memiliki lebih dari 100 ribu tentara di Afghanistan pada puncaknya selama masa jabatan pertama mantan Presiden Barack Obama, menarik sebagian besar dari mereka pada 2014 tetapi masih menahan sekitar 14 ribu di sana. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement