Ahad 20 Jan 2019 06:29 WIB

Mengapa Ba'asyir tak Ingin Buru-Buru Tinggalkan LP?

Gerindra juga mengapresiasi langkah pemerintah membebaskan Ustaz Ba'asyir

Ustaz Baasyir (ilustrasi)
Foto: Republika TV
Ustaz Baasyir (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ali Mansur, Amri Amrullah

Makan siang Ustaz Abu Bakar Ba’asyir, Jumat (18/1) kemarin, lain dari biasanya. Mengenakan “baju khasnya”, setelan baju koko lengan panjang berwarna putih dan celana panjang selutut juga berwarna putih lengkap dengan songkok putih, ia banyak terlihat tersenyum.

Kakek berumur 80 tahun itu mengambil posisi di ujung meja panjang berukuran sekitar 3 meter. Di sisi kanannya duduk Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) sekaligus advokat Yusril Ihza Mahendra, di sisi kirinya Wakil Ketua Umum PBB Yusron Ihza Mehendra, serta sejumlah tokoh.

Wajahnya yang keriput termakan usia serta janggutnya yang memutih tak bisa menyembunyikan kegembiraan Ustaz Ba’asyir. Baru saja dia mengetahui bahwa dirinya bakal menghirup udara segar meninggalkan Lembaga Permasyarakatan (LP) Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, yang sudah dihuninya sejak April 2016 silam.

Sesekali narapidana terorisme itu melemparkan senyum kepada awak media. Sayangnya, awak media hanya diperkenankan menengok sembari mengabadikan gambar Ustaz Ba’asyir tidak lebih dari tiga menit. Kendati demikian, dia menyempatkan untuk memberikan pernyataan sepatah dua patah terkait kebebasannya.

Ustaz Ba’asyir mengucapkan rasa syukur ke hadirat Allah atas pembebasannya ini dan berterima kasih kepada semua pihak yang telah mengambil inisiatif pembebasan dirinya. Kepada juru rawat yang memeriksa kakinya yang sakit, Ba’asyir mengatakan,

“Pak Yusril ini saya kenal sejak lama. Beliau ini orang berani, sehingga banyak yang memusuhinya. Tetapi, saya tahu, beliau menempuh jalan yang benar," kata Ba’asyir dengan tegas meski kesehatannya sudah jauh menurun.

Sementara, anaknya, Abdul Rohim, mengatakan bahwa ayahnya bakal kembali berceramah setelah bebas tanpa syarat. Namun, dia memastikan, ceramahnya tidak akan seintensif dulu karena usia yang sudah sepuh. Dia juga berniat memboyong ayahnya ke kampung halamannya di Solo.

Pengacara kepresidenan Yusril Ihza Mahendra menyebutkan, proses pembebasan Ustaz Ba'asyir dapat dilakukan dalam waktu dekat. Yusril menyebut proses ini akan berjalan secepatnya. "Hari Senin sudah diproses pembebasannya. Dan kapan ustaz meninggalkan LP, kita serahkan kepada beliau," kata Yusril kepada wartawan, Sabtu (19/1).

Sebab, ungkap Yusril, justru Ba'asyir tidak ingin buru-buru meninggalkan lapas. Ia masih ingin membereskan ruangan dan buku-buku yang ia miliki di ruangan lapas. "Jangan buru-buru, saya mau beresin kamar saya, di situ banyak barang dan buku. Tunggulah tiga sampai lima hari," kata Yusril meniru perkataan Ba'asyir.

Namun, Yusril menyampaikan, selama surat pembebasan sudah ditandatangani pada Senin depan, Ustaz Ba'asyir sudah tidak lagi berstatus napi teroris. "Kalau sudah diteken hari Senin, [tapi] sampai hari Rabu atau Kamis baru meninggalkan lapas, Ustaz bukan narapidana lagi. Cuma numpang tidur di LP saja," papar Yusril.

Yusril memastikan, pelaksanaan pembebasan ini akan dipantau Presiden melalui anak buah Presiden, dalam hal ini Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly dan dirjen Lapas. Yusril juga menegaskan, pembebasan Abu Bakar Ba'asyir oleh Presiden ini mendapatkan tekanan luar biasa dari dunia internasional.

Presiden mengambil tanggung jawab tersebut sebagai pimpinan pelaksana administrasi negara. Karena itu, menurut dia, pembebasan Ustaz Ba'asyir ini tidak mudah. Yusril menyebutkan, Australia sudah mulai menekan pemerintah terkait rencana pembebasan Ba'asyir ini karena memiliki kepentingan di dalamnya.

"Jadi, walaupun merujuk UU Ustaz Ba'asyir sudah berhak mendapat pembebasan, tapi perlu Presiden yang mengambil tanggung jawab tersebut, bukan Menteri Hukum dan HAM atau kalapas," ungkap Yusril.

Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (TNI) Moeldoko menilai terpidana kasus terorisme Abu Bakar Ba'asyir masih memiliki pengaruh di kalangan kelompok fundamental. Ketika masih dipenjara di Nusakambangan, Ba’asyir masih sering didatangi orang-orangnya.

"Ya, apa pun, beliau kan juga masih punya pengaruh," kata dia di Jakarta, Sabtu (19/1).

Namun, Moeldoko mengatakan, pemerintah sudah mengantisipasi hal itu. Menurut dia, sebelum menentukan keputusan itu, Presiden Joko Widodo pasti akan melibatkan menteri terkait, seperti menko polhukam, menhan, menkumham, dan lainnya. Ia menegaskan, setiap keputusan besar yang diambil akan melibatkan semua pihak.

Meski begitu, Moeldoko masih belum mengetahui pasti terkait rencana pembebasan Ba’asyir. Selama ini, ia baru membacanya dari media. "Saya, mohon maaf, belum tahu proses sesungguhnya bagaimana. Saya juga baru membaca di media. Saya belum bisa komentar," kata dia saat ditanya inisiator yang merencanakan pembebasan.

Namun, ia mengatakan, setiap keputusan yang diambil akan memiliki dampak, termasuk jika rencana pembebasan Ba’asyir dilakukan. Menurut dia, wajar jika ada pihak yang pro dan kontra. "Tapi pasti sudah dikalkulasi risikonya, tentunya, mitigasi kalau terjadi sesuatu, bagaimana mengambil yang paling rendah," kata dia.

Moeldoko menegaskan, bukan berarti pemerintah mengendur dalam melawan terorisme jika pemerintah membebaskan Ba'asyir. Menurut dia, penanggulangan dan pengawasan terkait terorisme akan terus dilakukan. Pasalnya, lanjut dia, Presiden berkomitmen tidak memberikan ruang kepada kelompok radikal dan terorisme.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement