REPUBLIKA.CO.ID, AHAD -- Beberapa menit setelah pelantikan Ronald Reagan sebagai presiden Amerika Serikat (AS) ke-40 pada 20 Januari 1981, sebanyak 52 tawanan AS yang ditahan di kedutaan AS di Teheran, Iran, dilepaskan. Hal itu pun mengakhiri 444 hari krisis penyanderaan Iran.
Setelah pelantikan Reagan, dengan bantuan perantara Aljazair, diadakan negosiasi yang sukses antara AS dan Iran. Pada hari pelantikan Reagan itu, AS membebaskan hampir 8 miliar dolar AS aset Iran yang dibekukan, dan para sandera dibebaskan setelah 444 hari disandera. Keesokan harinya, mantan preside AS Jimmy Carter terbang ke Jerman Barat untuk menyambut warganya dalam perjalanan pulang.
History mencatat, krisis AS-Iran dimulai pada 4 November 1979 ketika mahasiswa militan Iran marah dengan pemerintah AS karena mengizinkan Shah Iran yang digulingkan melakukan perjalanan ke New York City untuk perawatan medis. Oleh karena itu, Iran merebut kedutaan AS di Teheran.
Pemimpin politik dan agama Iran, Ayatullah Khamenei kala itu mengambil alih situasi penyanderaan dengan menolak semua permohonan untuk membebaskan para sandera. Hal itu bahkan setelah Dewan Keamanan AS menuntut pengakhiran krisis dengan suara bulat.
Namun, dua pekan setelah penyerbuan kedutaan, Khamenei mulai membebaskan semua tawanan non-AS, dan semua wanita AS dan minoritas. Sebanyak 52 tawanan yang tersisa tetap berada di bawah kekuasaan Khamenei selama 14 bulan ke depan.
Presiden AS Jimmy Carter tidak dapat menyelesaikan krisis secara diplomatis. Pada 24 April 1980, ia memerintahkan misi penyelamatan. Namun, delapan personel militer AS malah tewas dan tidak ada sandera yang diselamatkan.
Tiga bulan kemudian, mantan petinggi Iran Shah meninggal karena kanker di Mesir. Namun krisis masih berlanjut. Pada November 1980, Carter kalah dalam pemilihan presiden dari Partai Republik Ronald Reagan.