Ahad 20 Jan 2019 11:35 WIB

Pemerintah akan Perluas Kawasan Industri Makassar

Perluasan kawasan industri Makassar hingga 1.000 hektare.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (tengah) bersama Menteri  Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy (kiri) dan Wakil Gubernur  Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman (kanan) menekan tombol tanda  peresmian peluncuran program pendidikan vokasi yang link and match antara  Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri di PT. Kawasan Industri  Makassar (KIMA), Sulawesi Selatan, Rabu (16/1).
Foto: Biro Humas Kemenperin
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (tengah) bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy (kiri) dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman (kanan) menekan tombol tanda peresmian peluncuran program pendidikan vokasi yang link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri di PT. Kawasan Industri Makassar (KIMA), Sulawesi Selatan, Rabu (16/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian mendorong perluasan Kawasan Industri Makassar (KIMA) di Sulawesi Selatan hingga 1.000 hektare (Ha). Sebab, saat ini, kawasan tersebut sudah hampir terisi penuh dengan jumlah 250 perusahaan.

“Lahan di KIMA sudah sangat terbatas atau bisa dikatakan lokasinya hampir habis terjual. Jadi, perlu perluasan lagi sehingga nanti mampu menampung banyak investor yang masuk," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam siaran pers, Ahad (20/1).

Total area KIMA seluas 270,84 hektare, dan telah terjual mencapai 237,39 hektare, sehingga terdapat sisa lahan sekitar 33,45 hektare. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah merekomendasikan lokasi untuk perluasan kawasan industri baru, KIMA 2 di Kabupaten Maros sebagai bagian konsep pengembangan wilayah Makassar, Maros, Sungguminasa, Gowa, dan Takalar (Mamminasata).

Airlangga menjelaskan, pihaknya mengakselerasi perluasan KIMA karena sejalan dengan upaya pemerintah dalam memacu pertumbuhan, pemerataan industri dan ekonomi di kawasan timur Indonesia. Apalagi, Indonesia sedang menjadi salah satu negara tujuan utama investasi sehingga diproyeksikan banyak pelaku industri yang bakal menanamkan modalnya.

“Sulawesi Selatan merupakan gerbang perekonomian di bagian timur Indonesia. Karena itu, Sulawesi Selatan butuh kawasan industri yang lebih luas lagi dari sekarang ini, dan diproyeksikan penambahannya sebesar 1.000,” kata Airlangga.

Airlangga menuturkan, dengan menggaet lebih banyak investor yang masuk ke Sulawesi Selatan, diyakini akan memberikan efek berantai yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Mulai dari peningkatan nilai tambah bahan baku hingga penyerapan tenaga kerja lokal.

Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen untuk terus menciptakan iklim investasi yang kondusif serta memberikan kemudahan terhadap perizinan usaha dan penyediaan lahan di kawasan industri. Saat ini, pemerintah telah menerapkan sistem Online Single Submission (OSS) secara terintegrasi.

“Apabila investor masuk, kemudian melakukan pembebasan tanah sendiri, tentu prosesnya lebih lama. Tetapi kalau mereka masuk ke kawasan industri, sudah bisa langsung membuat pabriknya dan tersedia fasilitas penunjangnya,” ujar Airlangga.

Di samping itu, Airlangga menambahkan, perluasan kawasan industri terkait pula dengan program utama pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak. Lapangan pekerjaan yang berkelanjutan salah satunya terdapat di sektor industri.

Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman menyampaikan, pihaknya sedang mengkaji lahan di Kabupaten Maros sebagai lokasi yang paling tepat untuk perluasan KIMA 2. Menurutnya, lahan di KIMA sekarang sudah hampir habis, karena banyak peminat.

"Makanya, kami diminta untuk memfasilitasi ketersediaan lahan minimal 1.000 Ha, dan ini sudah dikoordinasikan,” ujar Andi.

Adapun salah satu tenant di KIMA adalah PT. Bogatama Marinusa (Bomar). Perusahaan ini sudah sangat dikenal kualitas ekspornya, terutama di Jepang dengan jangkauan bisnis ke supermarket, chain restaurants, dan food service industry.

Bomar menciptakan pertambakan ke arah industri dengan beralih dari tambak yang digali menjadi sistem lego (bertumpuk) untuk menghindari penyakit dan dampak perusakan lingkungan. Industri ini juga sudah mengarah pada penerapan industri 4.0 dengan memanfaatkan R&D dan mengembangkan inovasi yang berbeda sesuai preferensi masing-masing pasar dengan pabrik yang sudah sepenuhnya otomatis.

“Pengembangan produk kami memanfaatkan peningkatan pendapatan masyarakat dan kebutuhan akan produk pangan berkualitas. Pasar dunia yang dinamis meningkatkan kebutuhan produk pangan jadi maupun setengah jadi. Ini juga ikut mendorong kebutuhan produk agrikultur seperti sayur dan bumbu,” ujat Presiden Direktur PT. Bomar Tigor Cendrama.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement