REPUBLIKA.CO.ID, KEBUMEN -- Hujan yang terus mengguyur wilayah Kebumen mengakibatkan banjir dan longsor di beberapa titik. Di beberapa lokasi, ketinggian air bahkan mencapai 1,5 meter yang mengakibatkan rumah warga tergenang seperti yang terjadi di Desa Madurejo dan Sidoguntur Kecamatan Puring.
"Dengan situasi curah hujan yang meningkat di beberapa wilayah Indonesia, kami mengimbau masyarakat untuk mengantisipasi bencana yang akan terjadi. Selain itu juga masyarakat harus memperhatikan kesehatan dirinya,” ujar Direktur Utama Dompet Dhuafa Filantropi Imam Rulyawan dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (20/1).
Berdasarkan data yang diolah tim Dompet Dhuafa Jawa Tengah melalui release dan posko BPBD, pada Kamis (17/1), terhitung sudah 25 Desa di 11 kecamatan tertimpa tanah longsor; 37 Desa di 13 kecamatan dilanda banjir; dan 13 Desa di 16 Kecamatan dilanda angin kencang.
Dompet Dhuafa Jawa Tengah sejak, Kamis (17/1), telah mendirikan posko yang berlokasi di kantor Kecamatan Puring lewat kerja sama dengan BPBD, PBMTI dan warga-warga sekitar. Hingga Jumat malam (18/1), para pengungsi dari sejumlah desa di Kecamatan Puring masih bertahan di pengungsian, dikarenakan kondisi rumah yang terendam, sejak Rabu (16/1) lalu.
Selain mendirikan posko, Dompet Dhuafa Jawa Tengah (Jateng) membuka Pelayanan Dapur umum untuk para pengungsi. Setiap hari lebih dari 1.000 nasi bungkus dibuat untuk memenuhi kebutuhan pengungsi dan warga terdampak.
Selain menu umum untuk pengungsi dewasa, kebutuhan makanan untuk kelompok usia rentan juga diperhatikan. Bersama dengan tenaga Bidan Kecamatan Puring, Tim Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Dompet Dhuafa Jateng menyiapkan menu untuk kelompok usia bayi, balita, anak-anak serta lansia yang membutuhkan asupan yang sesuai usia dan kondisi fisik.
Terdapat sekira 35 anak usia satu sampai lima tahun serta beberapa lansia di atas 80 tahun yang tentunya harus dibedakan dalam pemenuhan makanan, mulai dari pemenuhan gizi dan tekstur. Selain itu terdapat pula lima bayi usia enam bulan sampai satu tahun di tengah-tengah pengungsi.
Salah satu korban banjir, Setyaningsih (12 tahun) harus bergegas kesekolah, bersama sang nenek Kasminah (61) dan Najira sepupunya (4,5) datang ke dapur umum yang didirikan Dompet Dhuafa dan relawan lainnya. Sarapan menjadi rutinitas siswa kelas enam Sekolah Dasar Sitiadi 3, Puring, Kabupaten Kebumen. Setyaningsih dan mereka menikmati sarapan darurat. Nasi dan telor ceplok saja menu mereka, yang penting sebagai pengganjal perut.