REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Presiden Lebanon Michel Aoun menyerukan pemulangan jutaan pengungsi Suriah ke negara asalnya. Hal itu disampaikannya ketika membuka KTT Pembangunan Ekonomi dan Sosial Arab yang digelar di Beirut, Lebanon, Ahad (20/1).
"Kami menyerukan agar para pengungsi Suriah kembali dengan aman ke negara mereka, terutama ke daerah-daerah stabil yang dapat dijangkau dan daerah-daerah dengan tingkat kekerasan rendah," kata Aoun.
Menurutnya, pemulangan pengungsi Suriah tidak perlu menunggu negara itu menemukan solusi politik guna mengakhiri konflik sipil yang telah berlangsung hampir delapan tahun. "Ini seharusnya tidak dikaitkan dengan mencapai solusi politik," ujarnya.
Lebanon merupakan rumah bagi sekitar 1 juta pengungsi Suriah. Jumlah itu mencapai sekitar seperempat dari populasi negara tersebut. Selain dari Suriah, Beirut juga menampung pengungsi Palestina.
Dalam pidatonya, Aoun pun mengungkapkan penyesalannya atas ketidakhadiran beberapa raja dan presiden negara-negara Arab dalam KTT. "Kami menyesali ketidakhadiran beberapa raja dan presiden persaudaraan yang memiliki alasan yang dibenarkan," ucapnya.
KTT Pembangunan Ekonomi dan Sosial Arab dihadiri 22 negara. Dari seluruh negara yang hadir, hanya Qatar dan Mauritania yang diwakili pemimpinnya. Qatar diwakili emir, sedangkan Mauritania oleh presiden.
Absennya para pemimpin negara Arab lainnya diduga merupakan bentuk protes terhadap Lebanon, di mana kelompok-kelompok yang dipimpin Hizbullah bersikeras mengundang Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam KTT tersebut.
Suriah telah dikucilkan dan didepak dari Liga Arab sejak konflik sipil membekap negara tersebut pada 2011. Negara-negara Arab juga mengecam Assad karena dianggap mengerahkan kekuatan brutal untuk membendung arus demonstrasi di negaranya.
Namun kini beberapa negara Arab mulai memulihkan hubungan dengan Assad. Uni Emirat Arab dan Bahrain bahkan telah mengumumkan akan membuka kembali kedutaan besarnya di Damaskus.