Senin 21 Jan 2019 10:19 WIB

Harga Minyak di Perdagangan Asia Turun

Laporan ekonomi Cina yang melambat menyebabkan penurunan harga minyak.

Ilustrasi kilang minyak
Foto: AP Photo/J David Ake
Ilustrasi kilang minyak

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Harga minyak turun pada awal perdagangan di Asia, Senin (21/1) pagi, karena Cina melaporkan pertumbuhan ekonomi tahunan terlemahnya dalam 28 tahun. mikian, harga minyak tetap relatif baik didukung oleh pemotongan pasokan yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Minyak mentah berjangka internasional Brent diperdagangkan di 62,57 dolar AS per barel pada pukul 02.15 GMT (09.15 WIB), turun 13 sen AS atau 0,2 persen, dari penutupan terakhir mereka. Sementara itu, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI), merosot 11 sen atau 0,2 persen, menjadi 53,69 dolar AS per barel.

Ekonomi Cina tumbuh 6,6 persen pada 2018, ekspansi paling lambat dalam 28 tahun terakhir dan pendinginan dari 6,8 persen yang direvisi pada 2017, data resmi menunjukkan pada Senin. Pertumbuhan China September-Desember 2018 berada pada 6,4 persen, turun dari 6,5 persen pada kuartal sebelumnya.

Perlambatan pertumbuhan di Cina, yang telah menghasilkan hampir sepertiga dari pertumbuhan global dalam dekade terakhir, memicu kekhawatiran tentang risiko terhadap ekonomi dunia. Hal ini juga membebani laba untuk perusahaan-perusahaan mulai dari Apple hingga produsen-produsen mobil besar.

"Prospek global tetap suram, meskipun muncul sentimen positif dari pernyataan dovish Fed (sekarang meningkatkan permohonan KPR AS), pelonggaran China yang lebih cepat (stabilisasi pertumbuhan kredit China) dan gencatan senjata AS-Cina yang lebih lama," kata bank JP Morgan AS dalam sebuah catatan.

Meskipun demikian, analis mengatakan pemotongan pasokan yang dipimpin oleh OPEC kemungkinan akan mendukung harga minyak mentah. "Brent bisa tetap di atas 60 dolar AS per barel di tengah kepatuhan OPEC+, berakhirnya keringanan Iran dan pertumbuhan produksi AS yang lebih lambat," kata JP Morgan.

JP Morgan merekomendasikan investor akan tinggal lama di minyak mentah. Para peneliti di Bernstein Energy mengatakan pengurangan pasokan yang dipimpin oleh OPEC akan memindahkan pasar kembali ke defisit pasokan untuk sebagian besar 2019.

Di Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan energi mengurangi 21 rig pengeboran minyak dalam seminggu yang berakhir 18 Januari. Ini menjadikan total riga yang beroperasi hanya 852 rig, terendah sejak Mei 2018.

Itu adalah penurunan terbesar sejak Februari 2016, karena pengebor bereaksi terhadap penurunan 40 persen pada harga minyak mentah AS akhir tahun lalu. Namun, produksi minyak mentah AS masih naik lebih dari dua juta barel per hari (bph) pada 2018, ke rekor 11,9 juta barel per hari.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement