REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Pengamat Politik dari Universitas Jenderal Soedirman, Ahmad Sabiq mengatakan bahwa debat calon presiden dan wakil presiden tahap kedua harus lebih greget dan tidak kaku. Pada debat kedua nanti, dia mengatakan, sebaiknya memang tidak perlu ada lagi pemberian kisi-kisi pertanyaan.
"Agar lebih terasa greget debatnya, sebaiknya memang tidak perlu ada pemberian kisi-kisi pertanyaan lagi. Juga tidak diperkenankan membawa catatan apapun. Supaya calon-calon mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya," katanya di Purwokerto, Senin (21/1).
Dia mengingatkan, publik menghendaki calon presiden atau wakil presiden yang selalu siap dalam menghadapi situasi apapun. "Saya kira publik menghendaki bahwa sebagai calon presiden atau wakil presiden mereka harus selalu siap menghadapi situasi apapun, termasuk pertanyaan apa saja yang muncul dalam debat," katanya.
Ia mengatakan pada debat tahap pertama kemarin, masih berlangsung agak kaku dan kurang greget. Pada debat pertama, menurut dia, masih belum tampak adanya ide-ide baru yang dimunculkan para kandidat.
"Seharusnya, dengan diberikannya kisi-kisi pada debat pertama, publik memiliki ekspektasi bahwa debat akan lebih berkualitas dengan disertai argumen-argumen yang muncul, sanggahan-sanggahan yang disampaikan akan berbasis data yang akurat. Sayang yang terjadi menurut saya tidak seperti itu," katanya.
Untuk itu, kata dia, perlu format baru yang ditampilkan pada debat-debat selanjutnya, agar lebih menarik. "Harus ada format baru yang ditampilkan, karena kalau formatnya masih seperti debat yang kemarin, sepertinya kurang menarik," katanya.
Sebelumnya, pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Jokowi dan Ma'ruf Amin, serta pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo dan Sandiaga Uno telah mengikuti debat perdana Pilpres 2019 yang mengangkat tema hukum, HAM, korupsi dan terorisme.
Sementara debat Pilpres 2019 yang kedua, menurut jadwal akan berlangsung pada 17 Februari 2019.