REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini, Kruszyniany merupakan salah satu desa penting untuk menelusuri jejak suku Tatar. Karena upaya Bogdanowicz Wicz, desa ini menjadi hidup selama liburan hari-hari besar umat Islam atau pada saat festival budaya.
Bogdanowicz memiliki perhatian yang besar terhadap acara-acara yang bisa melahirkan kembali tradisi dan adat suku Tatar. Karena itu, dia berinisiatif menggelar Festival Kebudayaan dan Tradisi Tatar Polandia di desa tersebut. Dalam festival itu akan digelar pertunjukan band, tarian, lagu, demonstrasi kerajinan, dan berbagai lomba.
Semua orang akan diundang untuk ambil bagian dalam demo memasak suku Tatar, lomba memanah gaya Mongolia, dan lomba menunggang kuda. Hadiah utamanya biasa nya domba jantan dan handuk buatan tangan.
"Sekali lagi, Kruszyniany menjadi penuh dan hidup. Saya senang, banyak Tatar Polan dia, sama seperti saya 30 tahun yang lalu, me rasakan panggilan darah dan seka rang ingin kembali," katanya.
Tujuh tahun lalu, ia juga memperkenalkan kembali Sabantuy, yang secara harfiah berarti "Festival Bajak", sebuah tradisi rakyat Muslim suku Tatar yang sudah ada lebih dari 1.000 ta hun lalu. Tradisi ini biasa dilakukan suku Ta tar untuk merayakan akhir musim per tanian.
Pada 1920-an, sekitar 6.000 suku Tatar Polandia-Lithuania tinggal di antara 19 komunitas dan beribadah di 17 masjid. Pada tahun 1925, mereka kemudian mendirikan Asosiasi Agama Islam untuk menyatukan se mua Muslim di Polandia.
Setelah Perang Dunia II, komunis Soviet mencoba membasmi budaya dan agama suku Tatar di seluruh Polandia, Rusia, Lithuania, Es to nia, Latvia, Ukraina, dan Belarus.
Akibatnya, banyak permukiman, institusi pendi dikan dan kebudayaan, serta masjid yang hancur. Cendekiawan suku Tatar ditangkap, dideportasi atau bahkan dibunuh. Populasi 6.000 suku Tatar Polandia-Lituania pun berkurang menjadi sekitar 3.000 jiwa.
Menyusul jatuhnya komunisme pada ta hun 1989, komunitas Tatar mulai bangkit di Polandia. Asosiasi Muslim Polandia saat ini se tidaknya memiliki delapan komunitas yang me rangkul sekitar 5.000 Muslim Tatar Po landia.
Asosiasi ini juga menyediakan layanan keagamaan dan spiritual, memelihara situs bersejarah dan makam seperti yang ada di Kruszyniany. Asosiasi ini juga menyeleng garakan perayaan Idul Adha, Idul Fitri, dan acara-acara seremonial Muslim lainnya.
Saat ini, banyak ritual komunitas Muslim yang dilakukan tidak hanya untuk umat Islam, tetapi juga untuk non-Muslim yang tertarik pada dialog antaragama. "Sangat kondusif untuk saling belajar satu sama lain, membangun rasa hormat, menemukan nilainilai bersama di kedua agama dan meng han curkan stereotip," kata Agata Skowron-Nal bor czyk, guru besar pada Fakultas Studi Orien tal di Universitas Warsawa.
Saat ini, ada sekitar 20 ribu hingga 30 ribu Muslim yang hidup di Polandia. Jumlah ini 0,6 persen dari populasi Polandia. Kelompok pendatang Muslim terbesar berasal dari ne gara-negara Arab, tetapi juga ada orang Turki, Bosnia, dan pengungsi dari Somalia, Af gha nistan, Chechnya, serta Suriah.