REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 30 tahun silam, seorang wisatawan profesional, Bogda no wicz untuk pertama kalinya me ngunjungi Kruszyniany, sebuah desa yang terletak sekitar satu mil dari perbatasan Polandia dengan Belarus. Bukan untuk melancong, kedatangannya ke desa itu adalah untuk mencari tahu jejak leluhurnya.
Berbeda dari desa lain di Polandia, Krus zyniany menyimpan jejak-jejak kaum Mus limin. Sejarah mencatat, umat Islam yang tinggal di desa itu adalah suku Tatar yang asal muasalnya dari Asia Tengah. Di Kruszyniany, populasi mereka berjumlah 160 jiwa dan hidup di antara orang-orang Kristen, Ka to lik, dan Kristen Ortodoks Timur.
Sebagai ahli waris kekaisaran Mongol, suku Tatar adalah keturunan Dinasti Golden Horde, yaitu dinasti Islam yang didirikan Batu Khan. Sebagian besar suku Tatar kemudian tinggal di Rusia, sedangkan lainnya bermi grasi secara bertahap ke Belarus, Polandia, dan Lithuania pada awal abad kelima.
Suku Tatar yang hidup saat ini adalah mereka yang selamat dari perang selama ber abad-abad dan penindasan yang dilakukan kaum komunis. Selama itu, mereka terus ber juang untuk berpegang teguh pada keyakinan mereka.
Pada kunjungan pertamanya, Bogdanowicz menemukan tempat pemakaman Mus lim suku Tatar. Saat berada di pemakaman itu, Bogdanowicz menyadari di bawah batubatu nisan yang sudah berlapis lumut itu ter baring kerangka para leluhurnya. "Saya menganggap diri saya sebagai ba gian dari sukuTatar asal Polandia. Saya harus kembali," ujar Bogdanowicz seperti dikutip dari laman Aramcoworld.
Suku Tatar tinggal di desa tersebut sejak abad ke-14. Mereka sehari-hari bertutur dalam bahasa Polandia atau Lithuania. Pada abad ke-16, pakaian dan adat asal muasal mereka secara bertahap mulai memudar. Na mun, keimanan mereka tetap bertahan karena adanya Masjid Kruszyniany.
Bogdanowicz baru berusia 20 tahun ketika dia melakukan kunjungan pertamanya ke Kruszyniany. Setelah kunjungannya, ia kem bali ke Bialystok untuk melanjutkan studinya. Di sana, dia bertemu Mirek, calon suaminya yang juga penduduk asli Desa Kruszyniany.
Setelah menikah, mereka sering mengun jungi Kruszyniany untuk melihat keluarganya. Seperti banyak keluarga Tatar lainnya, me reka diberi tanah tempat tinggal oleh Raja Polandia John III Sobieski pada akhir abad ke-17. Pemberian tanah itu sebagai balas jasa atas dinas militer yang pernah dilakukan para leluhur mereka.
Sebagai pemandu wisata, Bogdanowicz ke rap mengajak turis untuk melihat masjid dan pemakaman bersejarah di Desa Krus zynia ny. Dia juga membawa turisnya ke se buah pondok yang pernah dihuni keluarga suaminya.
Awalnya, Bogdanowicz dan suaminya kerap mengundang para tamunya untuk makan dan merasakan kehidupan keluarga Tatar ke rumah leluhurnya tersebut. Kemu dian, dengan bantuan ketiga putrinya, mereka pun merenovasi bagian bawah rumah itu men jadi restoran.
Tatarska Jurta, demikian restoran se derhana itu dinamakan. Restoran ini banyak menawarkan masakan khas Tatar. Tahun 2003, akhirnya keduanya pun memilih me netap di Desa Kruszyniany.
Kini, wisatawan yang datang ke restoran itu bisa melihat foto-foto keluarga mereka yang digantung di dinding. Wanita dalam foto-foto itu memiliki mata Asia dan rambut hitam. Di sana juga terdapat foto pria berkulit gelap yang mengenakan seragam militer Po landia.
"Ibuku beraktivitas di dapur. Hidangan yang kami sajikan persis sama dengan yang saya makan di masa kecil saya selama liburan Muslim," kata Dzemila, salah satu putri sang pemilik restoran.
"Ibuku mengumpulkan beberapa resep dengan mengunjungi rumah suku Tatar lainnya yang tersebar di seluruh Polandia. Hari ini koleksi resep makanan itu akan men jadi resep buku masak yang besar," katanya.
Dari mulut ke mulut dan melalui ulasan tentang suasana restoran di internet, masakan khas Tatar di restoran itu pun terus menyebar. Kini, para pelancong bisa berjam-jam duduk di restoran tersebut hanya untuk menikmati sajian pierekaczewnik sembari meminum kopi yang dicampur kapulaga.
Para pelanggan yang berbicara dengan Bogdanowicz pasti akan mengetahui, Krus zyniany adalah bagian dari jejak suku Tatar yang bersejarah. Para pelanggannya tidak ha nya bisa belajar tentang sejarah suku Tatar Po landia, tetapi juga bisa merasakan kehi dup an modern dan budaya suku Tatar.