Selasa 22 Jan 2019 01:10 WIB

Pertumbuhan Populasi Cina Terus Melambat

Cina memperkirakan populasi mencapai puncaknya pada 2029 dengan angka 1,44 miliar.

Rep: lintar satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Masyarakat Cina sedang menikmati hiburan bermain seluncur es di Beijing, Cina. Cina dikenal sebagai negara dengan penduduk yang pandai berhemat.
Foto: EPA
Masyarakat Cina sedang menikmati hiburan bermain seluncur es di Beijing, Cina. Cina dikenal sebagai negara dengan penduduk yang pandai berhemat.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pertumbuhan populasi Cina melanjutkan perlambatan pada tahun 2018. Dilansir dari Miami Herald, Senin (21/1) Badan Stasistik Cina merilis data populasi Cina sebanyak 1,395 miliar pada tahun 2018. Pertumbuhannya 0,391 persen. Hanya bertambah 15,23 juta orang.

Lebih sedikit hampir 2 juta orang dibandingkan tahun lalu. Selama bertahun-tahun Cina berusaha menurunkan angka kelahiran mereka. Cina melihat populasi yang besar mempersulit pembangunan.

Perlambatan pertumbuhan populasi ini menjadi perhatian selama beberapa tahun terakhir. Karena adanya kekhawatiran habisnya jumlah tenaga kerja siap pakai. Pekerja muda berpendidikan Cina menghadapi tingkat kesulitan yang lebih tinggi lagi.

Meski variasi pekerjaan pun kian bertambah. Generasi muda Cina juga tidak terlalu dipaksa menikah dan memulai keluarga seperti orang tua mereka.

"Banyak dari kami yang tumbuh sebagai anak tunggal dan kami sedikit egois dengan mengedepankan kepuasan kami diatas memiliki anak," kata salah pekerja di Beijing, Mina Cai, yang berusia 26 tahun.

Pemerintah Cina memperkirakan populasi akan mencapai puncaknya pada tahun 2029 dengan angka 1,442 miliar orang sebelum menurun pada tahun berikutnya. Prediksi ini sesuai dengan program satu atau dua anak yang sudah berjalan selama beberapa dekade.

Tidak hanya Cina, negara dengan populasi terbesar di dunia nomor dua di dunia yaitu India juga mengalami perlambatan pertumbuhan populasi. Berdasarkan perkiraan PBB kini India memiliki populasi sebesar 1,362 miliar orang.

Namun Cina mengalami dilema yang unik yakni populasi laki-lakinya lebih banyak 30 juta orang dibandingkan perempuan. Hal ini karena budaya Cina yang lebih menyukai memiliki anak laki-laki.

Sejak kebijakan satu anak dicabut Cina menambah populasi mereka sebanyak 17 juta orang pada tahun 2016 dan 2017. Tapi dampaknya tidak terasa. Selain mengalami kerawanan kekurangan tenaga kerja perawatan lanjut usia menjadi perhatian pemerintah Cina saat ini.

Kini masyarakat Cina menikmati standar hidup yang lebih baik, pendidikan dan kesehatan yang lebih baik. Tapi kesenjangan antara yang kaya dan miskin juga besar. Para ahli mengatakan Cina akan menjadi negara tua sebelum menjadi negara kaya.

Pada hari Senin ini pemerintah Cina juga mengumumkan pada tahun 2018 mereka perlambatan pertumbuhan ekonomi terparah sejak 30 tahun terakhir. Menambah beban pemerintah Cina untuk segera mengakhiri perang dagang dengan Amerika Serikat.

Perekonomian terbesar nomor dua di dunia itu turun menjadi 6,6 persen dari tahun 2017 sebesar 6,9 persen. Partai Komunis Cina mencoba menahan laju pertumbuhan dengan lebih mengandalkan belanja konsumen dibandingkan perdagangan dan investasi.

Tapi perlambatan pertumbuhan ekonomi lebih tajam daripada yang diperkirakan. Mendorong Cina untuk mengeluarkan lebih banyak pengeluaran pemerintah dan meminta bank lebih banyak memberikan pinjaman untuk mencegah naiknya angka pengangguran yang mana sangat buruk bagi politik.

Bagi anak muda seperti Cai, pemimpin-pemimpin Cina harus turun tangan jika mereka ingin pertumbuhan populasi terkendali. "Tekanan finansial hidup di kota membuat ide memiliki anak hampir tidak mungkin, saya pikir pemerintah harus melakukan lebih banyak," kata Cai.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement