REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahudin menilai bebasnya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kemungkinan besar tidak akan memberi pengaruh yang signifikan terhadap elektabilitas dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.
Pada Pilpres 2019, Ahok punya empat pilihan politik yakni mendukung petahana, paslon 02, netral, atau abstain. Opsi terakhir tampaknya tidak akan diambil Ahok, sebab melalui surat yang dibuatnya baru-baru ini, ia justru mengimbau pengikutnya agar tidak golput.
"Kalau membaca suratnya, ada kecenderungan Ahok akan memilih opsi ketiga: netral. Sinyalnya ke sana. Tetapi Ahok kan tidak mudah ditebak, kalau tidak mau disebut inkonsisten," kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa (22/1).
Tetapi untuk memilih opsi kedua yakni mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, kemungkinannya lebih kecil lagi. Ada hambatan psikologis dari masing-masing pihak untuk membangun kerjasama politik. Ahok sepertinya berat untuk mendukung paslon 02 karena secara riil politik partai-partai pendukung Prabowo-Sandi justru merupakan lawan politiknya.
Sementara dari kelompok pendukung Prabowo-Sandi pun tampaknya masih memperlihatkan sikap anti-Ahok. Sikap itu terutama datang dari mereka yang sangat keras menentang Ahok pada kasus penodaan agama.
"Karena itu, saya menduga pada gilirannya Ahok akan mendukung pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin," katanya.
Soal di kubu paslon 01 ada figur cawapres Ma'ruf Amin yang punya peran besar menjebloskan Ahok ke penjara, itu bisa diselesaikan lewat kompromi politik. Apalagi Ma'ruf Amin sendiri sudah pernah menyampaikan permintaan maaf untuk kasus Ahok yang ia sebut terpaksa ia lakukan karena suatu situasi.
Tetapi jika kelak Ahok mendukung paslon 01, hal itu tampaknya tidak akan memberi banyak pengaruh terhadap peningkatan suara Jokowi-Ma'ruf. Sebab, kecenderungannya pendukung Ahok selama ini sudah mendukung capres petahana.