REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Pusat (PP) Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) menatap optimistis gelaran Daihatsu Indonesia Masters 500 2019 yang mulai digelar hari ini di Istora Senayan, Jakarta. Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susy Susanti mengatakan, pada gelaran yang akan berakhir Ahad (27/1) itu, minimal satu gelar harus mampu diraih.
"Kami selalu berupaya agar setiap kejuaraan bisa mendapatkan satu gelar, termasuk di Indonesia Masters tahun ini, kalau dapat dua atau bahkan lebih yang Alhamdulilah, Puji Tuhan," kata Susy dalam jumpa pers di Hotel Sultan, Jakarta, kemarin.
Peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 untuk nomor tunggal putri ini mengatakan, target tersebut bukan beban yang diberikan kepada para atlet. Susy menegaskan, tidak ada nomor khusus yang diwajibkan meraih titel juara. "Pokoknya semua harus berusaha semaksimal mungkin, mau nomor mana saja yang meraih gelar silakan, karena ini jadi tanggung jawab semua, sehingga masing-masing atlet harus berusaha sekuat tenaga," kata dia.
Pada kesempatan yang sama, tunggal putri Indonesia, Fitriani bertekad untuk tampil tenang pada turnamen yang masuk ke dalam tur federasi bulu tangkis dunia (BWF) tersebut. Fitriani mengatakan, segala beban dan tekanan akan sebisa mungkin ia reduksi. "Saya ingin menikmati permainan, fokus di setiap laga, serta setiap angka saja terlebih dahulu, berusaha enjoy pokokonya," kata dia.
Juara Thailand Masters 300 ini bertekad membuktikan diri di hadapan publik Tanah Air. Fitriani menyadari, tak sedikit pihak yang berkomentar miring mengenai statusnya yang merupakan unggulan pertama tunggal putri Indonesia. Pebulu tangkis asal Jawa Barat ini mengatakan, gelar juara di Thailand akan jadi modal untuknya menatap Indonesia Masters 2019 yang tingkatannya lebih tinggi.
"Level 300 dan 500 jelas beda, pemain-pemain yang ikut juga kualitasnya jauh lebih berat. Termasuk di Indonesia Masters 2019 nanti, banyak pemain terbaik dunia yang akan ikut, tapi saya bertekad bisa melangkah sejauh mungkin," ujar Fitriani.
Ambisi serupa juga diusung oleh Muhammad Rian Ardianto. Pasangan Fajar Alfian untuk nomor ganda putra ini mengaku ingin bangkit setelah terpuruk pada dua tur BWF terakhir, yakni di Thailand dan Malaysia. Rian mengaku ada kekecewaan besar ketika harus tersingkir dari Malaysia Masters 2019 dengan status juara bertahan.
"Saya dan Fajar tidak ada masalah. Memang harus diakui sejak Asian Games 2018, penampilan masih naik turun. Kekalahan di Malaysia Masters 2019 jadi cambuk paling keras, artinya kami harus lebih baik lagi dalma berlatih dan bermain," kata dia.