Selasa 22 Jan 2019 06:56 WIB

Raja Tua Penguasa Ring Tinju dari Filipina

Usia bukan masalah untuk Pac-man.

Red: Gilang Akbar Prambadi
 Manny Pacquiao
Foto: AP / Isaac Brekken
Manny Pacquiao

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Reja Irfa Widodo

LAS VEGAS -- Apa yang ditampilkan Manny Pacquiao di MGM Grand Arena, Las Vegas, Amerika Serikat, akhir pekan kemarin, seolah menjungkirbalikkan logika. Dengan selisih usia 11 tahun lebih tua, Pacquiao, yang genap berusia 40 tahun, mengandaskan perlawanan petinju asal Amerika Serika, Adrienne Bonner, dalam duel perebutan gelar dunia kelas Welter versi WBA.

Tiga juri memberikan kemenangan mutlak kepada Pacquaio dalam pertarungan 12 ronde tersebut. Petinju berjuluk Pac-Man itu pun sukses mempertahankan titel juara dunia kelas Welter versi WBA keduanya. Kemenangan ini kian menajamkan rekor Pac Man menjadi 70 kali bertarung, dengan rekor 61 menang, tujuh kali imbang, dan dua kali kalah, dan 39 kali KO. Kemenangan atas Broner itu kian memperpanjang kisah legendaris petinju kelahiran Kibawe, Bukidnon, Filipina, tersebut setelah sempat mencatatkan rekor meraih juara dalam delapan kelas berbeda pada sepanjang 2008 hingga 2012.

Kisah legendaris ini tidak berhenti di sini. Laju usia pun sepertinya tidak mampu menghalangi sang raja tua untuk terus menegaskan statusnya sebagai legenda di atas ring. Meski memasuki usia senja untuk atlet tarung, Pacquaio tidak kehilangan sentuhannya sebagai salah satu petinju papan atas. Kecepatan dan akurasi pukulan, agresivitas, stamina, kecepatan pergerakan kaki, dan penguasaan ring Pacquaio tidak terlalu banyak berubah.

Catatan statistik di duel kontra Broner menjadi penegas kemampuan Pacquaio tersebut. Di duel keduanya dalam rentang waktu kurang dari setahun itu, Pacquaio berhasil mendaratkan 112 pukulan, berbanding 50 pukulan milik Broner. Total Pacquiao berhasil melepaskan 568 pukulan, sedangkan Broner hanya 295 pukulan.

Hampir separuh dari total pukulan Pacquaio merupakan pukulan jab, yang mencapai 371 pukulan. Pukulan jab cepat dan keras memang menjadi ciri khas gaya bertarung Pacquiao. Pacquiao memang bukanlah petinju profesional pertama yang masih naik ring pada usia 40 tahun. Sugar Ray Leonard, George Foreman, dan Bernard Hopkins pernah melakukan hal serupa. Namun, jika menilik performa di atas ring, Pacquiao memiliki keunggulan berupa stamina yang terus terjaga selama 12 ronde.

Kemampuan menjaga stamina dan agresivitas Pacquaio ini bahkan dipuji juara dunia kelas berat, George Foreman. "Pac adalah petinju berusia 40 tahun dengan kondisi terbaik yang pernah saya lihat dalam beberapa tahun terakhir. 12 ronde dan tidak pernah sekalipun mundur,: tulis Foreman di akun media sosialnya, seperti dikutip Fox Sports, kemarin.

Pacquiao mengakui, strategi latihan menjadi kunci dalam hal menjaga stamina di atas ring. "Di usia 40 tahun ada strategi berbeda di sesi latihan. Rutinitas latihan tetap sama, tapi ada pendekatan yang berbeda, terutama dalam hal pemulihan. Saya sudah tidak muda, jadi saya butuh waktu pemulihan lebih lama. Di sesi latihan, saya tetap latihan berat, tapi setelah itu saya menunggu badan saya untuk benar-benar pulih," ujar Pacquiao seperti dikutip ESPN.

Setelah memukul TKO petinju asal Argentina, Lucas Matthysse, di ronde ketujuh, pertengahan tahun lalu, dan kemudian mengalahkan Broner, kini Pacquaio bertekad membalas kekalahan dari petinju asal Amerika Serikat, Floyd Mayweather jr. Pac pernah melawan 'the Money' pada Mei 2015 silam. Pac sangat ingin memberikan kekalahan pertama buat Mayweather jr.

Tantangan kepada Mayweather jr, yang juga hadir kala Pacquiao menghadapi Broner, telah diungkapkan langsung oleh Pac-Man. ''Pesan saya sudah jelas, saya masih aktif. Jika dia (Mayweather jr) ingin kembali ke atas ring, maka dia bisa menantang saya, karena saya adalah juara dunia. Kembalilah ke ring, dan mari kita bertarung,'' ujar Pacquaio pasca laga kontra Droner, seperti dikutip ESPN.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement