Selasa 22 Jan 2019 07:58 WIB

AS Minta Rusia Musnahkan Sistem Rudal Barunya

AS menilai Rusia merupakan ancaman langsung terhadap Eropa dan Asia.

Sistem rudal darat-ke-udara jarak menengah dan jarak jauh Rusia S-400 saat parade Hari Kemenangan perayaan 71 tahun kemenangan atas Nazi Jerman di Perang Dunia II di Red Square, Moskow, Rusia, 9 Mei 2016.
Foto: REUTERS/Grigory Dukor
Sistem rudal darat-ke-udara jarak menengah dan jarak jauh Rusia S-400 saat parade Hari Kemenangan perayaan 71 tahun kemenangan atas Nazi Jerman di Perang Dunia II di Red Square, Moskow, Rusia, 9 Mei 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Amerika Serikat (AS) meminta Rusia memusnahkan sistem rudal jelajah baru mereka, Senin (21/1). AS beranggapan sistem rudal tersebut merupakan pelanggaran langsung dan terus-menerus terhadap Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF).

AS juga menuduh Rusia mendestabilisasi kemanan dunia. Wakil AS untuk Perlucutan Robert Wood mengatakan sistem itu mampu membawa hulu ledak konvensional dan nuklir. Sistem itu juga mencerminkan ancaman langsung dan potensial terhadap Eropa dan Asia karena memiliki jangkauan 500 Km hingga 1.500 Km.

AS pekan lalu menolak tawaran Rusia mempertahankan perjanjian bersejarah INF yang menjauhkan rudal nuklir dari Eropa karena tidak dapat diverifikasi dengan layak. Hal itu juga membuat AS mempertimbangkan untuk mundur dari pakta itu bulan depan.

"Sayangnya, Amerika Serikat terus menemukan Rusia tidak dapat dipercaya untuk memenuhi kewajiban kontrol persenjataannya dan tindakan paksa dan fitnahnya di penjuru dunia telah meningkatkan ketegangan," kata Wood kepada Koferensi Perlucutan yang didukung PBB.

Belum ada tanggapan dari delegasi Rusia di forum Jenewa yang beranggotakan 65 negara tersebut. Wood mengatakan Rusia telah mengujiterbangkan rudal yang disebut SSC-8/9M729, dan tidak mengambil langkah konkret untuk kembali mematuhi pakta INF.

"Rusia harus memusnahkan rudal-rudal SSC-8, peluncurnya, dan perlengkapan yang berkaitan dengan terverifikasi untuk memenuhi kembali Perjanjian INF," kata Wood, menegaskan kembali rencana pemerintahan Presiden AS Donald Trump untuk keluar dari pakta itu pada awal Februari mendatang.

Wood juga mengecam dukungan Rusia terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad dan langkah Rusia yang memasok Iran dengan persenjataan canggih seperti sistem pertahanan rudal S-300. Wood mengatakan racun saraf yang digunakan dalam percobaan pembunuhan mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia di Salisbury, Inggris, pada Maret tahun lalu menunjukkan "sikap gegabah" Rusia dan kegagalan negara itu untuk memenuhi kewajibannya terhadap perjanjian yang melarang penggunaan senjata kimia.

Inggris mengatakan agen badan intelijen militer Rusia, GRU, meracuni Skripals dengan Novichok. Moskow, di sisi lain, membantah keterlibatan mereka dalam peracunan itu. Skripals dan putrinya selamat dari peracunan tersebut.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement