REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Port Corporation (IPC) terus berupaya mengubah pelabuhan yang ada dibawah kendalinya menjadi kelas dunia. Bukan hanya berukuran besar, namun memiliki pelayanan kelas dunia melalui implementasi teknologi digital.
Direktur Operasi IPC atau PT Pelabuhan Indonesia II Prasetyadi menyatakan 10 pelabuhan di bawah kendali perseroan telah menerapkan digital port. Termasuk pelabuhan terbesar di Indonesia, Pelabuhan Priuk yang bahkan telah menerapkan Vessel Management System (VMS) dan Vessel Traffic System (VTS).
VMS adalah sistem pengelolaan dokumen keluar masuk kapal di pelabuhan secara digital. Bahkan sistem VMS di pelabuhan Priuk telah terhubung dengan Inaportnet milik Kementerian Perhubungan.
"Sistem digital port telah diperkenalkan sejak 2016, dan telah diterapkan di 10 pelabuhan bahkan yang ukurannya kecil. Hasilnya adalah efisiensi biaya dan sumber daya manusia," tutur dia, Senin (21/1).
Ia menyatakan dalam proses lalu lintas dokumen, ada tiga hal yang berhasil diperbaiki sistem ini. Tiga hal itu adalah kecepatan, biaya dan transparansi.
"Biasanya pengurusan dokumen bisa tiga hingga empat hari ini rata-rata hanya enam sampai delapan jam saja," ucap dia.
Selain itu beban biaya juga bisa turun antara 20 hingga 30 persen. Sedangkan biaya operasi IPC sebagai operator pelabuhan turun antara 40 sampai 50 persen.
Di lokasi yang sama, Deputi Vice President Sarana dan Prasarana Pemanduan Adi Priyatmono menyebut VMS didesain untuk memudahkan beragam proses yang dahulu disebut rumit. Tak hanya bagi IPC sebagai operator namun juga agen yang mengurus dokumen kapal.
Bahkan IPC berencana membuat aplikasi pengurusan via ponsel. "Rencana akhir tahun ini bisa dibuat dan masuk di App Store Android," tutur dia.