Rabu 23 Jan 2019 15:04 WIB

Pasien DBD di Tangsel Meningkat Tiga Kali Lipat

Dinkes Tangsel melakukan sosialisasi kegiatan 3M dan pengasapan.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi
Foto: Antara/Rahmad
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mencatat, hingga 20 Januari 2019 terdapat sekitar 90 pasien terserang demam berdarah dengue (DBD). Angka itu meningkat tiga kali lipat jika dibandingkan dengan data Januari 2018 yang hanya 25 orang.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Tangsel Tulus Muladiyono mengatakan, hingga saat ini masih ada 25 pasien yang dirawat di sejumlah rumah sakit dan puskesmas di Tangsel. Akibat virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti itu, satu orang tercatat meninggal dunia.

"Data itu dari awal tahun, cuma kita belum update lagi. Itu tersebar, tapi Serpong dan Setu yang banyak," kata dia, Rabu (23/1).

Ia mengatakan akan terus melakukan sosialisasi kegiatan menguras, mengubur, dan menutup (3M), serta melakukan pengasapan atau fogging. Kegiatan itu harus dilakukan terus-menerus sehingga lingkungan dapat lebih bersih dan mengurangi potensi nyamuk berkembang biak.

Menurut dia, hingga saat ini telah melakukan pengasapan di 40 lokasi. Ke depan, akan ada 15 lokasi lagi yang akan dilakukan pengasapan.

"Fogging dilakukan selektif, melihat kondisi populasi nyamuk," kata dia.

Tulus menjelaskan adanya peningkatan jumlah warga yang terserang DBD disebabkan perubahan iklim dan kelembaban udara yang terjadi secara drastis. Di sisi lain, adanya kesiapan masyarakat kurang dalam hal kebersihan.

Ia mengakui, selama ini masyarakat kurang optimal melakukan program 3M memberantas jentik nyamuk. Alhasil, masih cukup banyak masyarakat yang terserang DBD.

Padahal, program 3M itu diperlukan untuk menghambat pertumbuhan jentik nyamuk. Fogging dilakukan menekan populasi nyamuk dewasa karena itu keduanya harus dilakukan.

"Nah, tidak semua masyarakat mau menangani kebersihan rumahnya, tergantung dari masing-masing orangnya. Kalau hanya sebagian yang melakukan ya tidak bisa menolong lingkungannya," kata dia.

Menurut dia, masih sangat banyak keinginan masyarakat untuk fogging di luar rumah. Padahal, nyamuk berada ada di dalam rumah.

"Hal inilah yang menjadi sulit untuk mencapai efektivitas fogging yang mencapai 80 persen," kata dia.

Ia mengingatkan jenis penyakit yang biasa muncul saat musim hujan di antaranya diare, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), flu, juga penyakit kulit. Ia mengimbau masyarakat menjaga kesehatan, kebersihan, makan, dan pola hidup.

Direktur Utama Rumah Sakit Umum Tangsel Allin Hendralin Mahdaniar mengatakan, pada periode Desember 2018 hingga Januari 2019, ada sekitar 90 pasen DBD yang berobat ke tempatnya. Saat ini, jumlah pasien yang masih dirawat di RSU Tangsel tersisa enam orang.

Ia mengatakan, masih bisa menangani pasien di tengah kondisi cuaca yang ekstrem seperti saat ini. Ia mengklaim, pelayanan terhadap pasien masih berjalan dengan baik.

Allin mengaku, pada periode awal Januari 2019 sempat mendatangkan tempat tidur tambahan untuk menampung pasien. Namun, saat ini kondisi telah normal.

RSU Tangsel memiliki 175 tempat tidur untuk menampung pasien rawat inap. "Kita siap dengan kondisi apa pun, apalagi masyarakat Tangsel, kita harus layani," kata dia.

Allin menegaskan, jika ke depan pasien kembali meningkat, akan mengatur kembali manajemen tempat tidurnya. Jika tempat tidur kurang, RSU Tangsel akan tetap menampung pasien.

"Kita pakai tempat tidur tambahan. Walaupun nanti tidak seperti dirawat inap biasa ya," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement