Rabu 23 Jan 2019 17:00 WIB

Keindahan Abadi

Ada cara membangun keindahan yang abadi.

Langit malam berbintang/ilustrasi
Foto: Pixabay
Langit malam berbintang/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Johansyah

Di era digital ini orang dengan sangat mudah mengunggah fotonya di media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Whatsapp, dan sebagainya. Mereka berpose dengan latar belakang pemandangan yang indah; di pantai, di sebuah monumen, air terjun, puncak gunung, dan sebagainya. Intinya mereka ingin mengungkapkan, mereka berada di tempat yang indah.

Dalam sebuah hadis dikatakan: "Sesungguhnya Allah itu Mahaindah dan menyukai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." (HR Muslim). Maka, menikmati keindahan alam semesta adalah sebuah fitrah manusia. Manusia memang menyukai keindahan sebab di sana ada akan hadir keteduhan, kenyamanan, dan ruang untuk melepas penat dan stres.

Bunga mekar, embusan angin di pegunungan, gemercik air terjun, dan pesona pantai dengan pemandangan laut lepas adalah bagian kecil keindahan yang memukau untuk dinikmati. Hati kita pasti berdecak kagum. Nah, kalau dengan ciptaan Allah saja kita luar biasa kagum, semestinya kita jauh lebih kagum dengan Dia sebagai Pencipta keindahan dengan mahakarya-Nya yang tidak mungkin dan tidak akan pernah tertandingi?

Maka, mencintai keindahan ciptaan Allah adalah naif ketika kita tidak mampu membangun kesadaran betapa hebatnya Allah. Sebaik-baik mencintai keindahan ketika keindahan itu mampu menumbuhkan kesadaran diri akan kemahaagungan Allah. Pesona keindahan alam mengantarkan kita pada tangga keimanan yang semakin dekat dengan ridha-Nya. Allah berfirman: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tandatanda bagi orangorang yang berakal." (QS Ali Imran: 190).

Keindahan alam tidak lain adalah wasilah atau media bagi manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tugas kita adalah mengambil pelajaran dari alam semesta yang penuh pesona. Jangan sampai kita asyik menjepret dan mengunggah keindahan alam, lantas luput dari membangun kesadaran terhadap kebesaran Allah. Kita hanya bilang wow dan wah, bukan "subhanallah".

Ketahuilah, sesungguhnya kita manusia adalah makhluk terindah. Manusia adalah makhluk Allah terbaik (QS at-Tin: 4), baik dari aspek fisik maupun psikis. Keduanya harus mampu kita upayakan mampu memancarkan keindahan, terutama keindahan jiwa. Keindahan fisik tidak akan mampu kita pertahankan seiring perjalanan usia. Kulit kencang akan kerut, gigi yang rapi akan rontok satu per satu, rambut yang hitam lambat laun akan berubah menjadi uban, postur yang gagah akan bongkok. Intinya keindahan fisik itu seperti iklan numpang lewat saja, sangat singkat waktunya.

Ada keindahan abadi yang sebenarnya mampu kita pertahankan tanpa mengenal batas waktu dan usia, yakni keindahan jiwa. Nilai kemanusiaan seseorang bukan pada fisik, tapi akhlak mulianya. Hal yang membuat seseorang mulia di sisi Allah dan manusia adalah ketakwaan dan akhlak mulianya (QS al-Hujurat: 13).

Dari itu, marilah rawat jiwa kita agar mampu memancarkan keindahan. Caranya, bangunlah kedekatan dengan Allah, melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Teladanilah Rasulullah SAW, baik perkataan, perbuatan, maupun sikapnya agar kita mampu menumbukan, membangun, dan memancarkan keelokan jiwa sebagaimana alam yang indah mampu menghadirkan kesejukan, kenyamanan, dan kebahagiaan bagi orang yang melihatnya. Wallahu a'lam bishawab.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement