REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Bank Sentral Korea Selatan (Korsel) mempertahankan suku bunga acuannya di 1,75 persen pada Kamis (24/1). Keputusan itu dilakukan di tengah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi.
Gubernur Bank of Korea (BoK) Lee Ju-yeol dan enam anggota dewan kebijakan moneter lainnya, memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan seven-day repurchase rate pada 1,75 persen. Bank sentral terakhir kali menaikkan suku bunga pada November 2018 sebanyak seperempat persentase poin ke level saat ini.
Langkah itu sesuai dengan harapan pasar. Menurut survei Asosiasi Investasi Keuangan Korea terhadap 200 ahli pendapatan tetap (fixed-income), 99 persen memperkirakan suku bunga utama bulan ini tak berubah.
Suku bunga acuan dipertahankan tak berubah di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang kemerosotan ekonomi. Produk domestik bruto (PDB) riil Korea Selatan yang disesuaikan dengan inflasi, tumbuh 2,7 persen pada 2018 dari setahun sebelumnya, setelah meningkat 3,1 persen pada tahun sebelumnya.
Pertumbuhan PDB tahun lalu adalah yang terendah dalam enam tahun karena perusahaan menahan diri dari membelanjakan uang untuk fasilitas baru di tengah ketidakpastian eksternal yang masih berlangsung. Ekspor, yang menyumbang sekitar setengah dari ekonomi Korsel, menurun pada Desember karena permintaan lemah untuk semikonduktor buatan lokal, yang memimpin ekspansi ekspor negara itu tahun lalu.
Pada periode 1-20 Januari tahun ini, ekspor menyusut 14,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini disebabkan oleh pengurangan dua digit dalam ekspor chip.
Prospek ekonomi global memburuk, meredupkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Korsel yang didorong oleh ekspor. Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan prospek pertumbuhan tahun ini untuk ekonomi dunia sebesar 0,2 persentase poin menjadi 3,5 persen awal pekan ini, sementara memotong perkiraan tahun depan sebesar 0,1 persentase poin menjadi 3,6 persen.