REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Jenderal Soedirman dikenal sebagai pejuang kemerdekaan dan diabadikan menjadi nama jalan-jalan protokol di Indonesia. Bagi sebagian generasi sekarang, boleh jadi nama Jenderal Soedirman lebih banyak dikenal melalui peta digital saat mencari alamat.
Karena itu, memperingati hari lahirnya sang jenderal, Republika menerbitkan edisi khusus Jenderal Soedirman pada Kamis (24/1). Menurut Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaidi, jasa dan keteladanan Jenderal Soedirman sangat penting menjadi inspirasi bangsa ini. "Koran Republika hari ini mengulas perjalanan hidup Jenderal Soedirman sebagai bentuk terima kasih atas jasa-jasa perjuangannya," kata Irfan pada Kamis (24/1).
Menurutnya pahlawan kelahiran Purbalingga itu adalah seorang jenderal besar dengan perjalanan hidup yang lengkap. Di usia muda ia sudah menjadi pejuang dan guru bagi masyarakat di sekitar Cilacap-Banyumas. Sebelum terjun ke militer, Soedirman adalah seorang pendidik di sekolah guru Muhammadiyah Cilacap.
"Kita layak memberinya tempat sekaligus menjadi pengingat para generasi muda. Tak banyak yang tahu tanggal 24 Januari adalah hari lahir Jenderal Soedirman," imbuh Irfan. Koran hari ini merupakan wujud kado kecil Republika khususnya kepada keluarga Jenderal Soedirman dan masyarakat pada umumnya.
Mirisnya, walau jasa Soedirman amat besar bagi bangsa pernah ada kejadian memprihatinkan di media sosial. Pada Maret 2016, seorang bocah alay mengunggah foto dengan mengacungkan jari tengah sebagai simbol penghinaan kepada foto Panglima Besar Jenderal Soedirman. Bocah ini sama sekali tidak paham sejarah dan jasa besar sang jenderal.
Di koran edisi Jenderal Soedirman, pembaca bisa menemukan artikel mengenai latar belakangnya terjun ke dunia militer saat muda. Ada pula tulisan yang menyoroti bagaimana peran Soedirman sebagai kader Muhammadiyah. Di edisi ini Republika juga mengupas Soedirman yang dikenal sebagai sosok yang taat beribadah dan bagaimana hubungan yang dibangunnya dengan anak-anak.
"Rencananya Republika tidak hanya akan memberikan edisi ini kepada keluarga namun juga kepada pemerintah. Moga-moga bisa menjadi koleksi museum," ungkap Irfan.