REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendikiawan Muslim, Prof. Azyumardi Azra menilai moderasi bergama di Indonesia saat ini sudah mapan dengan adanya Islam Wasathiyah. Artinya, dalam memahami agama tidak banyak masyarakat Indonesia yang ekstrem kanan ataupun yang ekstrem kiri.
"Sebetulnya moderasinya itu sudah mapan dan relatif mapan dengan konsep Islam Wasathiyah itu, yaitu Islam jalan tengah yang diwakili oleh ormas-ormas Islam terutama NU dan Muhammadiyah," ujar Azyumardi saat ditemui usai menjadi narasumber dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Agama di Hotel Shangri La, Jakarta Pusat, Kamis (24/1).
Guru Besar Universitas Islam Negeri Jakarta ini mengatakan, Nahdlatul Ulama (NU) dengan gagasan Islam Nusantara-nya sejalan dengan Islam Wasathiyah. Begitu juga dengan Muhamamdiyah dengan gagasan Islam berkemajuannya juga merupakan Islam Wasathiyah.
"NU dengan Islam Nusantara itu kan wasathiyah. Muhammadiyah dengan Islam berkemajuan itu kan wasathiyah. Dua-duanya moderasi dan ormas-ormas Islam yang lain," ucapnya.
Namun, menurut dia, saat ini ormas-ormas Islam yang ada Indonesia mulai disusupi pemahaman-pemahaman radikal. "Nah masalahnya kemudian, sekarang ini ormas-ormas ini diinfiltrasi oleh paham-paham radikal, paham-paham yang literal, yang tidak moderat, yang ekstrem," katanya.
Baca: Rakernas Kemenag Bahas Moderasi Agama
Dia mengatakan, ormas Islam tersebut dimasuki paham radikal karena banyaknya pemahaman keagamaan yang tersebar di media sosial, yang kemudian membuat masyarakat memperoleh pemahaman agama yang instan.
"Itu karena apa, karena pengaruh media sosial, komunikasi instan dan lain sebagainya. Jadi oleh karena itu saya kira kita perlu penguatan kembali konsolidasi moderasi Islam ini melalui ormas-ormas itu," kata Azyumardi.
Rektor UIN Syarif Hidayatulla Jakarta, Prof. Amany Lubis Saya mengaku senang mendengarkan nasihat Prof Azyumardi dalam acara talk show yang digelar dalam Rakernas Kemenag tersebur. Menurut dia, apa yang disampaikan Azyumardi tersebut juga dapat meningkatkan kualitas dan intelektualitas kampus Islam.
Dengan adanya moderasi bergama tersebut, menurut dia, maka paham-paham radikal tidak dapat ditolirir di kampus Islam. "Tadi tentang paham-paham radikalisme atau ekremesme tentu kita tidak tolirir ada di kampus. Karena itu, saya inginnya ada secara periodik kita melakukan pemberian wawasan kepada semua civitas akademika dan juga mahasiswa bagaimana menyebarkan moderasi keagamaan," jelas Prof. Amany saat menghadiri Rakernas Kemenag.