REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD – Observatorium Irak untuk Korban Perdagangan Manusia pekan lalu mengungkapkan secara jelas tentang seorang gadis Yazidi yang dijual dan diperkosa di Baghdad setelah ia dibujuk dari Wilayah Kurdistan, bagian utara Irak.
Korban yang berusia 32 tahun itu melarikan diri ke Kegubernuran Dohuk di Wilayah Kurdistan setelah Sinjar di Mosul jatuh di bawah cengkeraman kelompok ISIS.
Pada 2015, ia ikut serta dalam protes yang diselenggarakan di Irbil untuk menuntut pembebasan orang Yazidi yang diculik ISIS. Dia lantas ditangkap pasukan keamanan, namun ia kemudian dibebaskan.
"Setelah saya dibebaskan, saya pergi ke organisasi kemanusiaan yang beroperasi di Irbil yang memiliki cabang di Baghdad. Organisasi itu mengirim saya ke ibukota pada 2017 dengan seorang sopir Yazidi untuk mengadakan wawancara dengan kedutaan asing untuk mendapatkan suaka," kata korban di akunnya, seperti dilansir di Alarabiya, Kamis (24/1).
Setelah tiba di Baghdad, korban mengungkapkan bahwa sang sopir membawanya ke apartemen di sebuah gedung di pusat ibukota. Sopir tersebut mengaku itu adalah cabang dari organisasi kemanusiaan yang ia maksud.
"Namun, saya terkejut ketika saya melihat seorang lelaki Yazidi lain yang memberi sopir uang dalam jumlah besar. Uang itu adalah harga banderolnya," ujarnya.
Saat itu, yang bisa ia lakukan hanyalah menolak makan. Akan tetapi, lelaki yang membawanya memukul kepalanya dan bagian tubuh yang berbeda dengan keras, serta mengikat tangan dan kakinya.
Di hari ketiga, korban mengaku ia harus makan karena kelelahan dan kelaparan. Pria itu menawarinya makan yang ia tidak tahu jika makanan itu mengandung obat. Sehingga, membuatnya kehilangan kesadaran.
"Perkosaan dan pelecehan hebat membuat saya menderita luka dalam yang berbahaya sehingga pria itu harus membawa saya ke kota medis dan mengklaim bahwa dia adalah ayah saya, mengingat perbedaan usia. Saya mencoba memberi tahu para dokter dan pasien di aula bahwa saya adalah korban perdagangan manusia, tetapi tidak ada yang percaya saya karena penjahat yang membeli saya mengatakan kepada mereka bahwa saya secara mental terganggu," lanjutnya.
Pada November 2017, korban mengungkapkan tim pasukan keamanan datang ke gedung setelah seseorang memanggil mereka karena mereka mendengar saya menjerit dan memohon bantuan.
Mereka membebaskan gadis Yazidi tersebut dan menangkap para pelaku yang telah memalsukan kontrak, yang mengklaim bahwa ia telah menikah dengan salah satu dari mereka.
Menurutnya, para penjahat dibebaskan beberapa bulan kemudian dengan sejumlah besar uang. Mereka lalu melarikan diri ke tujuan yang tidak diketahui. Sementara kasus tersebut masih tertunda hingga sekarang.