REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Malaysia menargetkan dapat mengamankan sebagian dari pasar halal senilai 300 juta dolar AS selama penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020. Malaysia berencana menyasar sektor makanan dan minuman (F&B) dalam ajang olahraga bergengsi itu.
Menteri Pengembangan Pengusaha Malaysia Datuk Seri Mohd Redzuan Md Yusof mengatakan perusahaan-perusahaan Jepang menyatakan minat pada F&B Malaysia, serta sektor kesehatan dan kecantikan. “Jepang telah membuka pintu mereka ke pasar halal dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu. Dan jika usaha kecil dan menengah Malaysia (UKM) tidak mengambil kesempatan ini, itu kesalahan besar,” kata Mohd Redzuan dalam peluncuran Malaysia Halal Expo 2019, Kamis (24/1).
The Edge Markets yang melansir kantor berita Malaysia, Bernama memaparkan, ekspor halal Malaysia ke Jepang bernilai 2,8 miliar ringgit Malaysia (sekitar Rp 9,5 triliun) pada 2017. Nilai itu terus meningkat menjadi 3,1 miliar ringgit Malaysia (sekitar Rp 10 triliun) pada 2018. Pemerintah memperkirakan nilai itu meningkat menjadi 3,7 miliar ringgit Malaysia (sekitar Rp 12 triliun) pada 2020.
Mohd Redzuan mengatakan lebih dari 10 UKM dari 320 peserta pameran Malaysia Halal Expo diekspor ke Jepang, sisanya siap menyusul prestasi itu. “Kami berharap pada pameran ini, kami dapat melampaui target penjualan 50 juta ringgit Malaysia (sekitar Rp 170 miliar) yang kami tetapkan untuk sesi pencocokan bisnis,” ujar Mohd Redzuan.
Sampai hari ini, penjualan sebesar 40,8 juta ringgit Malaysia (sekitar Rp 139 miliar) dihasilkan dari 32 sesi pencocokan bisnis, yang terdiri atas 27 UKM.
Di antara perusahaan Jepang yang ikut serta dalam sesi pencocokan bisnis, yakni Take One Co Ltd yang mengoperasikan FamilyMart, Ohga Pharmacy, Hayabusa International, dan Yatsumoto Tsusho Co Ltd. Malaysia mengikutsertakan lima perusahaan utama bergabung dalam sesi tersebut, yakni Lulu Group Retail Sdn Bhd, Ramly Halal Mart Sdn Bhd, Aeon Big (L) Sdn Bhd, Nestle Malaysia Bhd, dan Tesco Stores (Malaysia) Sdn Bhd.
Duta Besar Jepang untuk Malaysia Dr Makio Miyagawa mengatakan pariwisata Jepang telah tumbuh pesat selama bertahun-tahun, karena meningkatnya permintaan untuk produk halal. “Sekitar 50 tahun yang lalu, prinsip dasar negosiasi kami bukan untuk mengimpor produk pertanian asing. Tapi sekarang, kami ingin bantuan dari Malaysia karena Malaysia dikenal dengan sektor halal,” kata dia.