Jumat 25 Jan 2019 20:51 WIB

Petani Temanggung Tanam Perdana Bawang Putih

Bawang putih merupakan alternatif tanaman unggulan di Temanggung selain tembakau.

Ilustrasi petani bawang putih
Ilustrasi petani bawang putih

REPUBLIKA.CO.ID, TEMANGGUNG -- Petani lereng Gunung Sumbing di Desa Wonosari, Bulu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (25/1), melaksanakan tanam perdana bawang putih tahun 2019. Penanaman perdana bawang putih yang dilakukan Bupati Temanggung M Al Khadziq dan Ketua DPRD Kabupaten Temanggung Subchan Bazari tersebut berlangsung di salah satu lahan petani di Dusun Seman, Desa Wonosari, Kecamatan Bulu.

Bupati mengatakan bawang putih merupakan alternatif tanaman unggulan di Temanggung selain tembakau. Kedua tanaman unggulan tersebut masa tanamnya tidak bersamaan sehingga tidak saling mengganggu.

Ia menuturkan dulu Temanggung merupakan sentra bawang putih, sebelum produk impor serupa asal Cina menyerbu pasaran. "Sekarang, banyak investor kembali mengincar lahan di Temanggung untuk ditanami bawang putih, karena kualitas bawang putih di sini tiga kali lebih bagus dari bawang putih impor," ujarnya.

Khadziq mengatakan pemerintah punya program swasembada bawang putih pada 2021. Oleh karena itu, saat ini untuk memperoleh izin impor, importir harus menggandeng petani lokal untuk menanam bawang putih dengan sistem kemitraan.

"Saya melihat ada keseriusan dari perusahaan ini untuk mengembangkan bawang putih, tidak hanya untuk syarat mendapat izin impor, karena ke depan ketika 2021 sudah swasembada bawang putih, mereka akan jadi pedagang, bukan lagi importir," katanya.

Owner PT Bonni Gracia Utama, Bonni BM Triyono berharap komoditas bawang putih menjadi tuan di negeri sendiri. "Bawang putih yang beredar saat ini didominasi impor. Tentu, kita tak ingin terus menerus impor," katanya.

Direktur Utama (Dirut) PT Bonni Gracia Utama Lucky Leonard Nelwan mengatakan perusahaan akan selalu mendampingi petani selama empat bulan masa tanam. Mulai dari masa tanam hingga pascapanen.

"Kami nanti ada tenaga ahli dari Universitas Brawijaya yang akan selalu mendampingi dan memberi penyuluhan petani. Di samping itu, apa pun hasilnya, akan kami tampung, petani tidak perlu khawatir," katanya.

Menurut dia, sistem kemitraan yang diterapakan perusahaannya adalah bagi hasil keuntungan, dengan pesentase 70 persen untuk petani dan sisanya 30 persen untuk perusahaan. Total lahan milik petani yang bermitra dengan perusahaanya pada tahap pertama ini seluas 50 hektare. "Ke depan, tentu akan kami tambah luasannya," katanya.

 Ia mengatakan lahan seluas itu tersebar di empat desa, yang masuk dalam wilayah dua kecamatan. Yakni Desa Wonosari dan Bansari di Kecamatan Bulu serta Desa Pagersari dan Desa Legoksari di Kecamatan Tlogomulyo.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement