Sabtu 26 Jan 2019 16:24 WIB

16.212 imigran Dapat Kewarganegaraan Australia

Belasan ribu imigran tersebut berasal dari 146 negara

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Jenis perahu yang biasa digunakan para pencar suaka dan imigran gelap ke Australia
Foto: ABC News
Jenis perahu yang biasa digunakan para pencar suaka dan imigran gelap ke Australia

REPUBLIKA.CO.ID, SIDNEY -- Pemerintah Australia memberikan kewarganegaraan Australia pada 16.212 imigran yang berasal dari 146 negara di Hari Australia pada Sabtu (26/1). Jumlah ini merupakan yang terbesar, meningkat 35 persen dari tahun sebelumnya.

Upacara kewarganegaraan Hari Australia terbesar di negara itu pada tahun ini diadakan di Parramatta Park, Sidney, pada Sabtu (26/1) pagi. Upacara tersebut dihadiri 1.500 orang yang menjadi warga negara baru di Australia.

Salah satu warga negara baru Australia, Babandeep Singh Kamboj, mengatakan datang ke Australia bersama keluarganya pada tahun 2008 dari Punjab, India. Dia mengaku sangat bangga berada di Australia.

"Australia adalah negara yang hebat, negara yang damai dan itulah sebabnya saya ingin menjadi warga negara Australia. Saya sangat senang dan sangat gembira dan ini adalah momen yang sangat baik sekarang," kata Kamboj dilansir dari SBS News.

Warga negara baru yang datang dari India, seperti Kamboj, merupakan mayoritas negara yang diwakili dalam upacara Parramatta (27,1 persen), diikuti oleh Irak (6,7 persen), Cina (5,8 persen), Korea Selatan (5,3 persen) dan Pakistan (4,9 persen).

"Sepanjang 2018, Kota Parramatta dengan bangga menyambut 1.450 warga baru, dan kami merasa terhormat menjadi tuan rumah pertemuan besar seperti itu sebagai bagian dari perayaan Hari Australia kami," kata Walikota Kota Parramatta, Andrew Wilson.

"Parramatta adalah, dan selalu menjadi, kota yang ramah, inklusif, dan multibudaya. Sebagai rumah bagi populasi migran yang besar, kota besar kami adalah tempat percampuran budaya dan kebangsaan yang kaya, yang menjadikannya lokasi yang sempurna untuk acara yang luar biasa ini," ujar Wilson.

Martin Alato (29 tahun) menjadi warga negara Australia setelah menikahi istrinya di Australia hanya beberapa bulan yang lalu. Dia menetap di Australia setelah melarikan diri dari perang di Irak ketika dia berusia awal dua puluhan. Dia ingat tanggalnya dengan jelas: 25 November 2011.

"Ini adalah hal terhebat yang pernah Anda miliki. Anda pasti sangat bangga menjadi warga negara Australia. Anda meninggalkan negara itu, datang ke negara baru, mereka menerima Anda," katanya sambil mengenakan bendera Australia.

"Itu (kewarganegaraan) memberikanmu rumah. Rumah itu, yang hilang, sekarang sudah ada di sini," tambahnya. Dia mengatakan dia "dilahirkan kembali" setelah menjadi warga negara Australia.

Awal tahun ini, pemerintah merevisi UU kewarganegaraan untuk menjadikannya wajib bagi semua dewan untuk mengadakan upacara kewarganegaraan pada Hari Australia. Langkah ini dikritik oleh beberapa kelompok.

Undang-undang baru, yang akan diperkenalkan tahun depan, juga akan memberlakukan aturan ketat dalam berpakaian untuk warga negara baru.

Lebih dari lima juta orang telah menerima kewarganegaraan Australia sejak diperkenalkannya kewarganegaraan Australia secara resmi 70 tahun yang lalu. Jumlah itu termasuk 74 ribu orang yang diberikan kewarganegaraan pada Hari Australia dalam lima tahun terakhir saja.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement