Sabtu 26 Jan 2019 17:17 WIB

Ribuan Orang Memprotes Hari Australia

Aksi protes berlangsung di Melbourne, Canberra dan kota-kota lainnya di Australia

Bendera Australia (ilustrasi)
Bendera Australia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Puluhan ribu orang melakukan arak-arakan di seluruh Australia pada Sabtu (26/1). Mereka meminta penghapusan tanggal 26 Januari sebagai Hari Australia.

Hari Australia ditetapkan untuk memperingati kedatangan 'Armada pertama' kapal Inggris di teluk Sydney, pada 1788. Sedangkan penduduk asli benua itu yang melacak garis keturunan mereka sejak 50 ribu tahun memandang hari tersebut sebagai 'hari penyerbuan'.

"Hari ini menandai dimulainya kolonialisasi dan awal genosida, atau apalah sebutannya," kata Jayden Roley (17) yang berunjukrasa di Sydney dengan memakai kaos kutang berwarna hitam, kuning dan merah, warna bendera Aborigin.

"Ini bukan menentang perayaan sebagai warga Australia, namun hari ini lebih dari penanda orang-orang kami menjadi Australia, generasi yang tercuri dari nenek saya misalnya, dia diambil dari keluarganya, dicuci otak untuk menjadi Katolik, hal-hal seperti itulah."

Aksi pawai unjukrasa di Sydney membentang sepanjang enam blok di kota, diikuti oleh sekitar 5.000 orang yang berseru "Selalu dan akan selalu menjadi tanah Aborigin", "Tidak bangga akan genosida".

Protes yang dihadiri oleh ribuan orang tersebut juga berlangsung di Melbourne, Canberra dan kota-kota Australia lainnya. Pemerintahan Perdana Menteri Scott Morrison yang akan menghadapi pemilihan umum pada Mei mendatang, menentang perubahan hari libur nasional apa pun.

Pada saat menghadiri peringatan resmi dan upacara kewarganegaraan di Canberra, Morrison mengatakan ini adalah soal idealisme dan pencerahan, bukan kekejaman atau perampasan yang terjadi di negara ini.

"Gagasan besar ini adalah mengenai pembentukan Australia modern, dan mereka telah mengubah kita memasuki babak paling baru dalam sejarah besar bangsa -- yang kita tulis bersama," kata Morrison di hadapan kerumunan di ibu kota.

Sekitar 700 ribu jiwa warga asli Australia hampir selalu berada di posisi bawah di antara 25 juta warga, untuk idikator ekonomi dan sosial."Negara ini mandek untuk pacuan kuda, berhenti karena final sepak bola, berhenti saat merayakan ulang tahun Ratu, Anzac dan kita tidak pernah punya waktu berhenti untuk mencerminkan orang pertama negeri ini dan luka serta penderitaan yang kami rasakan sejak masa penjajahan," tutur Lidia Thorpe, seorang warga Aborigin mantan anggota parlemen, yang dikutip ABC News.

Pada Sabtu (26/1) Menteri Urusan Aborigin Nigel Scullion mengatakan dia telah pensiun dan tidak akan ikut dalam pemilu yang direncanakan pada Mei. "Saya berterimakasih karena Aborigin dan warga asli Selat Torres menyambut saya di semua sudut benua yang saya kunjungi, dan membantu saya dalam menyediakan solusi-solusi daerah," kata Scullion seperti diunggah dalam websitenya.

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement