Ahad 27 Jan 2019 06:50 WIB

Revitalisasi Pabrik Gula Penting Tingkatkan Produksi Tebu

Produktivitas tebu nasional masih di bawah Brasil dan India.

Red: Friska Yolanda
Petani menaikkan tebu ke atas truk saat panen di kawasan Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (26/9). Petani tebu mengeluhkan rendahnya harga acuan gula petani atau harga pembelian pemerintah (HPP) pabrik gula sebesar Rp9.700 per kg yang dinilai masih di bawah Biaya Pokok Produksi (BPP) sebesar Rp10.600 per kg.
Foto: Umarul Faruq/Antara
Petani menaikkan tebu ke atas truk saat panen di kawasan Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (26/9). Petani tebu mengeluhkan rendahnya harga acuan gula petani atau harga pembelian pemerintah (HPP) pabrik gula sebesar Rp9.700 per kg yang dinilai masih di bawah Biaya Pokok Produksi (BPP) sebesar Rp10.600 per kg.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menekan impor gula bukan hal mudah, tetapi dapat dilakukan. Revitalisasi berbagai pabrik gula merupakan langkah penting guna melesatkan produktivitas perkebunan tebu yang terdapat di berbagai daerah di Indonesia. Revitalisasi juga salah satu upaya menekan impor gula.

"Salah satu penyebab rendahnya produktivitas gula lokal adalah banyak pabrik gula di Indonesia yang sudah sangat tua," kata peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman dalam keterangannya, Sabtu (26/1).

Menurut dia, pabrik-pabrik gula ini perlu mendapatkan revitalisasi mesin produksi. Belum lagi, perlu juga dipertimbangkan kualitas tebu yang dipengaruhi oleh faktor geografis dan iklim lokal.

Ia berpendapat menekan impor gula bukanlah pekerjaan mudah, dan dapat dilakukan apabila produksi dalam negeri sudah mencukupi permintaan dan tersedia pada harga yang terjangkau di pasar. "Tentunya dengan memiliki komoditas gula yang terjangkau dan tersedia secara lokal, baik produsen maupun konsumen sama-sama beruntung," jelasnya.