REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu melakukan pertemuan dengan Agnes Callamard pada Senin (28/1). Callamard adalah pelapor khusus PBB untuk eksekusi di luar hukum yang akan memimpin penyelidikan internasional atas kasus pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi.
Pertemuan dilangsungkan di kediaman resmi Cavusoglu. Callamard didampingi oleh Baroness Helena Kennedy dan Profesor Duterte Nuno Vieira dari University of Coimbra, Portugal.
Kedatangan Callamard ke sana merupakan undangan resmi dari Pemerintah Turki. Ankara diketahui berusaha membuka penyelidikan internasional atas kasus pembunuhan Khashoggi. Turki menilai, penyelidikan yang dilakukan otoritas Saudi masih belum memadai.
Callamard selaku tokoh yang akan memimpin penyelidikan tersebut sepakat dengan Turki. "Saya menganggap penyelidikan ini sebagai langkah yang perlu di antara sejumlah lainnya, menuju pengungkapan kebenaran yang penting dan pertanggung jawaban formal atas pembunuhan mengerikan Khashoggi," katanya, dikutip laman Aljazirah.
Menurut dia, penyelidikan akan berusaha mencari tahu sifat serta tingkat tanggung jawab negara dan individu dalam kasus Khashoggi. "Penyelidikan juga akan berupaya mengidentifikasi cara-cara di mana negara dapat memperkuat pemenuhan komitmen internasional mereka untuk melindungi hak hidup, mencegah pelanggaran, dan memastikan pertanggung jawaban," ujar Callamard dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Anadolu Agency.
Selain itu, penyelidikan pun akan meninjau dan mengevaluasi keadaan di sekitar pembunuhan Khashoggi dari perspektif hak asasi manusia. Guna mendukung proses tersebut, Callamard telah meminta bukti-bukti dari pihak lain, termasuk Amerika Serikat (AS).
Callamard dan tim yang dipimpinnya akan berada di Turki selama sepekan. Selain Cavusoglu, mereka juga dijadwalkan bertemu Menteri Kehakiman Turki Abdulhamit Gul dan kepala jaksa penuntut umum Istanbul Irfan Fidan.
Setelah bertemu pejabat-pejabat yang berkepentingan, Callamard akan berusaha mendatangi gedung konsulat Saudi di Istanbul, tempat Khashoggi dibunuh. Dia diketahui telah mengajukan permohonan kepada Saudi agar mengizinkannya memasuki gedung konsulatnya di Istanbul. Namun, Riyadh belum merespons permintaannya.
Semua informasi dan fakta yang didapatkan Callamard selama melakukan penyelidikan akan dipresentasikan dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Juni mendatang.
Khashoggi, jurnalis the Washington Post, dibunuh dan dimutilasi di gedung konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober tahun lalu. Hingga kini potongan jasadnya belum ditemukan.
Saudi telah menahan 11 tersangka yang terlibat dalam pembunuhan Khashoggi. Pada Desember tahun lalu, pengadilan Saudi menggelar sidang perdana kasus tersebut. Kantor Jaksa Penuntut Umum Saudi mengatakan, lima tersangka di antaranya dituntut hukuman mati.
Namun, Turki belum merasa puas atas proses peradilan yang dilakukan Saudi. Ankara menilai masih banyak hal yang belum terungkap dalam kasus itu. Turki bahkan menuding terdapat negara-negara Barat yang sengaja menutupi kasus tersebut.
"Ada negara-negara Barat yang berusaha menutupi kasus ini. Saya tahu alasannya, kami tahu dan melihat jenis transaksi apa yang dibuat. Kami melihat bagaimana mereka yang berbicara tentang kebebasan pers sekarang menutupi ini setelah melihat uang," kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pekan lalu.
Menurutnya hal itu yang menjadi alasan Turki ingin membawa kasus Khashoggi ke penyelidikan internasional. "Kami membuat persiapan untuk investigasi internasional dalam beberapa hari mendatang dan kami akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan," ujar Cavusoglu.
Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah melayangkan tuduhan kepada Saudi. Dia menyebut terdapat pejabat tinggi Saudi yang terlibat dalam kasus pembunuhan Khashoggi. Namun, Erdogan tak menyatakan secara gamblang siapa pejabat tinggi yang dimaksud.
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) adalah tokoh yang kerap disebut memerintahkan pembunuhan Khashoggi. Tudingan kepadanya didasari atas keterlibatan Saud al-Qahtani dalam kasus tersebut. Al-Qahtani diketahui merupakan tangan kanan Pangeran MBS.
CIA yang turut menyelidiki kasus Khahsoggi memiliki dugaan serupa. Dalam laporannya CIA meyakini Pangeran MBS adalah otak pembunuhan Khahsoggi. Kendati demikian, hingga kini belum ada bukti valid yang dapat membuktikan dugaan tersebut.
Baca: Tim PBB Kunjungi Turki Selidiki Kasus Pembunuhan Khashoggi