REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pada 28 Januari 2019, delapan bulan satu pekan tepat, Gunung Merapi berstatus waspada. Sejak dinaikkan pada 21 Mei 2018 aktivitas, Gunung Merapi terbilang masih belum stabil.
Hingga hari ini, Gunung Merapi masih mengeluarkan aktivitas seperti guguran-guguran lava. Jarak tiga kilometer dari puncak masih diminta untuk dikosongkan dari aktivitas masyarakat atau pendakian.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) terus melakukan pengamatan. Kepala BPPTKG, Hanik Humaida menerangkan, secara meteorologi cuaca di Gunung Merapi cerah, berawan, mendung dan hujan.
Angin bertiup lemah, sedang hingga kencang ke arah timur laut, timur dan tenggara. Suhu udara 18-31,7 derajat celcius, kelembaban udara 24-98 persen dan tekanan udara 836,1-945,1 milimeter of mercury.
Secara visual, Gunung Merapi terlihat jelas, kabut 0-I, kabut 0-II hingga kabut 0-III. Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang hingga tebal dan tinggi 20 meter di atas puncak kawah. "Kegempaan, terdapat 9 guguran dengan amplitudo 8-45 milimeter, dan durasi 16,12-89,64 detik," kata Hanik, Senin (28/1).
Sedangkan, untuk hembusan terdapat tiga kali hembusan dengan amplitudo 12-20 milimeter dengan durasi 19-37,92 detik. Untuk kegempaan low frekuensi, terdapat satu kali dengan amplitudo tujuh milimeter berdurasi 17,24 detik.
Selain itu, terjadi dua gempa tektonik jauh dengan amplitudo 3-6 milimeter, berdurasi 73,32-95,68 detik. Pada Ahad (28/1), BPPTKG juga menangkap guguran lava pijar yang terjadi di Gunung Merapi. "Pada 23.01 teramati guguran lava pijar ke arah tenggara dengan jarak luncur 400 meter," ujar Hanik.
Terkait pertumbuhan kubah lava Gunung Merapi, pengamatan pada 16-22 Januari 2019 terdapat laju pertumbuhan dalam kategori rendah, 1.300 meter kubik per hari, dan volume kubah lava hingga 22 Januari 2019 sebesar 461.000 meter kubik.
Untuk itu, imbauan BPPTKG hingga kini masih belum berubah. Di antaranya, agar kegiatan pendakian untuk sementara tidak direkomendasikan kecuali kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan mitigasi bencana.
Masyarakat yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III tetap diminta terus meningkatkan kewaspadaan terhadap aktivitas Gunung Merapi. Jika terjadi suatu perubahan aktivitas, Hanik memastikan status Gunung Merapi akan ditinjau ulang.
"Masyarakat agar tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan Gunung Merapi terdekat," kata Hanik.